Hari ini ribuan anak muda di Indonesia sedang memulai babak baru dalam hidupnya. Mereka tidak lagi disebut siswa, melainkan mahasiswa. Sebuah perubahan yang sering dianggap formalitas, padahal sesungguhnya mengandung makna yang sangat dalam.
Ada kata "maha" yang melekat di depan status baru itu. Kata ini bukan sekadar tambahan, bukan sekadar gelar. Maha berarti lebih tinggi, lebih luas, lebih dalam, dan tentu saja lebih berat. Dengan kata lain, ketika seorang anak muda menyandang status mahasiswa, ia dipanggil untuk berpikir lebih jauh, berjuang lebih keras, dan bermimpi lebih besar.
Dunia Baru yang Penuh Kebebasan
Kehidupan mahasiswa tidak lagi sama dengan masa sekolah. Tidak ada lagi guru yang setiap hari menegur jika tidak masuk kelas. Tidak ada bel yang memastikan kapan harus belajar. Tidak ada sistem yang terlalu ketat mengatur langkah.
Semua itu kini menjadi tanggung jawab pribadi. Waktu kuliah bisa menjadi investasi masa depan, tapi juga bisa terbuang sia-sia jika dijalani tanpa arah. Dunia kampus memberi kebebasan, tetapi kebebasan itu bisa menjadi jebakan jika tidak dikelola dengan bijak.
Tantangan yang Menempa
Perjalanan sebagai mahasiswa tidak selalu mulus. Ada malam-malam panjang penuh tugas dan laporan. Ada tekanan ekonomi, sosial, bahkan mental. Ada godaan untuk menyerah ketika melihat orang lain lebih pintar, lebih cepat, lebih populer.
Tetapi di sinilah perbedaan terletak: apakah seseorang hanya sekadar menyandang status mahasiswa, atau sungguh-sungguh memperjuangkan makna dari kata maha itu?
Filosofi Sebuah Benih
Seorang mahasiswa bisa diibaratkan seperti benih kecil. Ia ditempatkan dalam tanah yang gelap, ditekan dari segala sisi. Namun benih yang sehat tidak berhenti di situ. Ia merobek tanah, menembus batu, mencari cahaya, hingga akhirnya bertumbuh menjadi pohon yang memberi naungan dan buah.
Demikian pula mahasiswa. Tekanan, ujian, kegagalan, dan kesepian adalah bagian dari proses pertumbuhan. Dari situlah karakter ditempa, daya juang dilatih, dan identitas sebagai manusia seutuhnya dibentuk.
Kesuksesan yang Sesungguhnya
Sering kali kesuksesan diukur dengan IPK tinggi, gelar akademik, atau pekerjaan dengan gaji besar. Padahal itu hanya sebagian kecil dari gambaran besar.
Kesuksesan sejati adalah ketika seorang mahasiswa mampu berkata: "Aku telah berjuang habis-habisan. Aku tidak menyerah. Aku melangkah dengan integritas, dan aku menemukan kebahagiaan dalam proses ini."
Sebab apa gunanya gelar sarjana jika mental rapuh, etika runtuh, dan kebahagiaan hilang?
Penutup: Mahasiswa = Pejuang
Menjadi mahasiswa adalah sebuah kehormatan, tetapi juga tanggung jawab besar. Sebutan maha hanya akan bermakna jika diperjuangkan dengan sungguh-sungguh.
Maka kepada semua mahasiswa baru di seluruh Indonesia: jangan hanya bangga dengan almamatermu. Banggalah jika setiap hari kuliahmu dijalani dengan kerja keras, disiplin, integritas, dan semangat pantang menyerah.
Karena pada akhirnya, hidup bukan hanya tentang lulus dan sukses, tetapi tentang bagaimana kita menjadi manusia yang berbahagia dalam perjuangan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI