Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Ketika Hangatnya Bakmi Anglo Cocok Berpadu dengan Teh Cong Gula Batu

8 Februari 2020   08:25 Diperbarui: 9 Februari 2020   01:00 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teh Cong Gula Batu, saat teh telah dituang ke dalam gelas, maka akan dicong(tuang) kembali dengan air panas. Wasgitel! (Dok. Wahyu Sapta).

Pesanan segera diproses dengan cepat oleh Mbak yang memasak. Memakai bahan bakar bara arang dan anglo sebagai tungkunya. (Dok. Wahyu Sapta).
Pesanan segera diproses dengan cepat oleh Mbak yang memasak. Memakai bahan bakar bara arang dan anglo sebagai tungkunya. (Dok. Wahyu Sapta).
Segara pesanan diolah dan dimasak. Sore itu ada pembeli lainnya, tetapi semua sudah terlayani. Sehingga pesanan saya bisa langsung tereksekusi. Sambil menunggu masakan jadi, saya mengajak ibu pemilik warung mengobrol. Ia duduk di dekat tempat memasak. Hanya mengawasi saja. Yang memasak adalah cucunya. Ia itu tidak ikut memasak. Namanya Bu Titik. Kok bukan Mbak Sri, kan nama warungnya Mbak Sri? Oh, itu nama anak saya, katanya. 

Ia memiliki warung sudah sejak lama. Kurang lebih 57 tahun yang lalu. Dari sejak milik ibunya, hingga sekarang generasi ketiga. Yaitu anaknya, Mbak Sri, yang biasa berjaga malam hari, bergantian dengan Bu Titik yang berjaga sore hari. 

Pesanan pun jadi. Memasaknya satu persatu. Meskipun memasaknya satu persatu, tetapi prosesnya cepat. Bahan sudah siap, hanya tinggal cemplung. Juga penggorengan yang setiap kali memasak berganti. Jadi, ada beberapa penggorengan tersedia yang mempercepat prosesnya. 

Bakmi godhog yang jadi duluan. Karena makanan berkuah, sangat panas, sehingga dimasak giliran pertama. Lalu kemudian baru capjay gorengnya. 

Sedap sekali baunya. Aroma arang yang khas. Memasak bakmi anglo memakai kompor dari tanah liat yang bernama anglo. Sedang bahan bakarnya adalah bara arang. Harus dikipas, agar bara tetap menyala. Juga sesekali arang ditambah jangan sampai habis menjadi abu. Mengipasnya memakai kipas angin biar cepat dan tak padam. 

Memasaknya memakai tungku tanah liat atau anglo, dengan bara arang yang memberi rasa khas pada masakan. (Dok. Wahyu Sapta).
Memasaknya memakai tungku tanah liat atau anglo, dengan bara arang yang memberi rasa khas pada masakan. (Dok. Wahyu Sapta).
Saya mulai menyantap bakmi godhog. Wah, masih panas mongah-mongah, saya harus sedikit bersabar, agar tidak terlalu panas disantap. 

Saat agak hangat, sesendok demi sesendok bakmi berpindah tempat. Hem, rasanya gurih asin. Sedap. Dengan cabai rawit hijau yang diiris. Mantap pedas. Badan menjadi hangat, bahkan berkeringat! Sesuai selera. 

Ayam berpadu dalam bakmi adalah ayam kampung. Tentunya lebih gurih dan khas. Sedang sayurnya hanya kol, sawi hijau, dan tomat. Kuahnya yang berlimpah ruah, sungguh! Sajian ini segar sekali disantap saat hujan dan dingin. Pas, mantap! 

Pesanan capjay goreng milik teman saya juga sudah jadi. Saya meliriknya. Ihiks, ada petainya. Hum, segarnya. Saya kemudian berkata, ikut nyicip, ya. Ia mengangguk. Ia memang selalu baik hati. 

Saya mengambil sepucuk sendok capjay. Hanya ingin tahu rasanya. Manis gurih. Petainya masih kriuk saat dikunyah. Saya memang tidak suka petai, tetapi doyan. Hahaha... Hanya sesekali. Tidak banyak. 

Capjay Jawa dengan bonus petai ini sungguh menggugah selera. Petainya masih kres-kres ketika disantap. Sedap. (Dok. Wahyu Sapta).
Capjay Jawa dengan bonus petai ini sungguh menggugah selera. Petainya masih kres-kres ketika disantap. Sedap. (Dok. Wahyu Sapta).
Capjay di sini, berisi irisan tepung goreng, sayur wortel, sawi, kol, tomat. Bisa ditambah petai sesuai permintaan. Ada kecap yang memberi rasa manis. Sedangkan rasa gurih dari ayam kampung. Sedap. Khas makanan Jawa yang dimasak memakai anglo. Sama mantapnya dengan Bakmi Anglo. Hum... sedaaap... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun