Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Ketika Hangatnya Bakmi Anglo Cocok Berpadu dengan Teh Cong Gula Batu

8 Februari 2020   08:25 Diperbarui: 9 Februari 2020   01:00 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teh Cong Gula Batu, saat teh telah dituang ke dalam gelas, maka akan dicong(tuang) kembali dengan air panas. Wasgitel! (Dok. Wahyu Sapta).

Di musim penghujan dan hari yang basah, seringkali dingin menerpa. Apalagi jika hujan datang sejak siang hingga sore hari, pastinya ingin menyantap yang hangat dan segar. Menghalau dinginnya cuaca, lalu menyantap makanan hangat bisa memberi perasaan nyaman pada tubuh. 

Pada hari Jumat kemarin (7/2/20), sejak pagi cuaca mendung, dan ketika hari beranjak sore, bahkan hujan disertai petir datang menderu-deru. Saya dan teman saya, masih dalam perjalanan saat itu ke Yogyakarta. Dari rumah Semarang berangkat pagi hari. Lalu ketika sampai di kota Yogya, hari sudah menjelang siang. Kemudian segera menyelesaikan urusan, hingga sore hari. 

Ya. Memang ketika saya sedang berada di kota Togya, selalu ingin menikmati Yogya dengan segala keriuhannya. Dan ketika sore hari hujan, maka terbayanglah sepiring Bakmi Anglo. 

Cuaca mendukung. Perut menari-nari, sungguh ingin diiisi. Kebetulan perjalanan pulang menuju Semarang, saya sering mampir ke sebuah warung bakmi. Cocok. 

Namanya Warung Bakmi & Brongkos Mbak Sri, yang berada di Jalan Raya Yogyakarta-Magelang Tempel. Sebelum masuk Jembatan Kali Krasak yang merupakan perbatasanan antara Kota Yogyakarta dengan Jawa Tengah. Pas untuk ampiran bagi pejalan, karena lokasinya di pinggir jalan utama. 

Saya hafal jadwal buka warung, jam 4 sore hingga malam hari. Maka ketika melewati lokasi pukul 5 sore, pasti warung sudah buka. Syukurlah, ketika sampai di sana, warung buka dan saya tidak kecewa. 


Karena pernah di lain hari, saya ingin mampir, berharap dan sudah membayangkan bakmi anglo, ternyata warung tutup. Kecewa tentunya. Dan pemilik warung bilang, mungkin saat itu, saya mampir di hari Minggu. Ya, ya. Memang Hari Minggu warung tutup. Sedang di hari lainnya buka. Oh, begitu ya. Baru tahu, bu. Baiklah, akan saya catat. Jika ingin mampir, selain hari Minggu, ya. 

Ketika sampai warung, lalu duduk, saya dihampiri mbak yang biasa melayani. Kemudian disodori secarik kertas dan bolpen. Tentunya, untuk mencatat makanan yang hendak dipesan. 

Saya memesan bakmi godhog alias bakmi rebus. Kelezatannya sudah terbayangkan di pelupuk mata. Sedangkan teman saya memesan Capjay goreng plus petai. 

Oh, iya. Petai yang tergantung di atas lapak, bisa juga dipadukan dengan Capjay Jawa. Teman saya memang menyukai petai. Sedangkan saya tak begitu suka. Untuk minumannya, saya memesan Teh Cong Gula Batu. Hum, terbayangkan harumnya, wangi bau melati yang membaur di dedaunan teh. 

Lalu saya menyelipkan dua kata di kertas pemesanan, selain kata makanan yang dipesan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun