aku selalu cinta pada sang pagi, saat ia malu-malu menampakkan diri, memberikan warna emasnya. lalu aku mencoba menerobos indahnya ia, "hei, pagi ini adalah pagi terindahmu," kataku, selalu begitu dan seterusnya
bertemu orang-orang, dengan aroma optimisme di dada mereka, "pagi ini cerah, tak menghalangi langkah dengan semburat basah oleh rinai," seru mereka dalam hati, syukurlah
tak ada sisa embun, musim kering telah tiba, membawa debu-debu, bisik-bisik yang hanya terdengar oleh frekuensi hati nurani, terangkat oleh hembusan udara yang masih bersih, "aku ingin pagimu memberikan keberuntungan buatku," kataku sambil menyentuh pagi pelan
bukankah itu yang kau mau, hai dunia, alam semesta raya? menyambut pagi dengan keindahan yang tiada tara? tak ada tikai, tak ada seteru? sungguh, demi melihat mereka yang memiliki aroma optimis di dada mereka, tak akan sia-sia, keindahan akan menutup burukmu
hari ini, aku bahagia!
assalamu'alaikum, pagi!
assalamu'alaikum, dunia semesta raya!
assalamu'alaikum, diri sendiri!
aasalamu'alaikum, kamu!
Semarang, 27 Mei 2019.