Mungkin itu sebabnya banyak siswa yang menghalalkan segala cara seperti menyontek atau berbuat curang lainnya karena tolak ukur kecerdasan seseorang hanya berdasarkan nilai yang tercetak dalam sel Jadi guru jelas tak mudah, profesi mulia tersebut menyita banyak pikiran, waktu, tenaga, dan kesabaran. Keterlaksanaan tugas sebagai guru tidak hanya diukur dari pemenuhan jumlah jam semata, karena itu berarti baru sebagian tugas yang ditunaikan, yaitu administratif. Lebih dari itu, guru memiliki tugas mulia yakni mendidik.
Sama halnya dengan seorang dokter melakukan kesalahan dalam mendiagnosis penyakit pasien, mungkin korbannya hanya satu orang, yakni pasien yang bersangkutan. Akan tetapi, jika terjadi kesalahan dalam mendidik, hasilnya akan terlihat beberapa tahun ke depan, dan korbannya mungkin tak hanya satu orang, tapi satu generasi.
- Belum Siap Jadi Teladan
Beban terberat bagi seorang guru adalah ketika kita harus selalu menjadi model dan contoh untuk dijadikan referensi siswa, sedangkan kita adalah manusia yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan.
Begitu hakikat seorang guru, sebagaimana makna kata “guru” yang berarti orang yang memerangi kegelapan. Sejatinya guru dapat menjadi contoh yang baik untuk siswa-siswinya, bukan sebaliknya.
Ada sebuah peribahasa guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Jadi apa yang siswa lihat dari gurunya adalah apa yang akan ia lakukan. Ketika siswa melihat tingkah laku guru yang tidak disiplin, berkata kasar, atau berpakaian tidak senonoh misalnya, hal itu lambat laun akan menjadi sesuatu yang ditiru oleh siswa sebagaimana yang ia dapatkan dari gurunya. Kita harus selalu ingat bahwa cara bicara, cara berpikir, dan bertindak siswa salah satunya dipengaruhi oleh kita sebagai guru.
Perlu untuk selalu kita ingat bahwa semua siswa itu memiliki kecerdasan yang beragam, itu semua tergantung bagaimana kita sebagai guru mengarahkan agar bakat dan potensinya dapat berkembang. Melalui hati, guru dapat membangun kesadaran dan menumbuhkan minat belajar pada siswa.
Disaat siswa merasa nyaman di hadapan guru, maka sesulit apa pun materi pelajaran yang diajarkan akan terasa sangat mudah. Karena yang terpenting adalah bagaimana caranya membuat siswa cinta belajar, bukan semata-mata menuntut siswa untuk pintar.
Mulailah menata diri, memaknai bagaimana sejatinya seorang guru. Haruskah kita terus berorientasi pada materi atau kita mulai paham kekayaan sejati pada diri seorang guru adalah siswa yang telah berarti dalam proses kehidupannya dan terus menerus mendoakan dan memberi salam pada kita.