Mohon tunggu...
Noer Wahid
Noer Wahid Mohon Tunggu... Penulis lepas di usia senja - Wakil Ketua Persatuan Perintis Kemerdekaan Indonesia Cabang Sumut - Ketua Lembaga Pusaka Bangsa -

Seorang sepuh yang menikmati usia senja dengan aksara. E-mail ; nurwahid1940@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Akar Pancasila Itu Marhaenisme

7 Januari 2018   16:30 Diperbarui: 7 Januari 2018   16:36 4413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (gmnibanjarmasin.blogspot.com)

3) Ketuhanan Yang Maha Esa.

Untuk mengupas masalah tersebut kita harus melihat kebelakang ke sejarah awal mulanya Pancasila itu (digagaskan) pada tanggal 1 Juni 1945. Bung Karnowaktu itu dalam pidatonya mengatakan ; "Dua dasar yang pertama, kebangsaan dan internasionalisme -- kebangsaandan perikemanusiaan-- saya peras menjadi satu : itulah yang dahulu saya namakan sosio nasionalisme."

Dan selanjutnya dalam pidatonya Bung Karno mengatakan pula : "Dan demokrasi yang bukan demokrasi Barat, tetapi politiek-economische demokratie -- yaitu politieke demokratiedengan sociale rechtvaardigheid, demokrasi dengan kesejahteraan-- saya peraskan pula menjadi satu : inilah yang dulu saya namakan Sosio Demokrasi.

Jadi, setelah Pancasila itu diperas dari lima menjadi tiga sila didapatlah rumusan yang sama antara Pancasila dengan Marhaenisme sehingga dikatakanlah kedua ideologiitu identik. Oleh karena Marhaenisme tersebut lebih dahulu lahir akhirnya dapatlah dikatakan "Akarnya Pancasila itu adalah Marhaenisme".

Namun, apakah persoalannya berhenti sampai disitu saja, tentu saja tidak. Biarlah Marhaenisme itu menjadi suatu keyakinan ideologisasalkan Pancasila menjadi suatu keyakinan konstitusional.Memang, kemudian Marhaenisme itu diadopsimenjadi ideologi partai oleh Partai Nasional Indonesia (PNI).

Apakah pembahasan kita akan parkirdi partai politik tersebut, tentu saja tidak sebab, PNIitu sendiri kini sudah tidak ada lagi, sudah dijebloskan kedalam PDIoleh Soehartodi tahun 1973. Oleh PDIsendiri Marhaenisme itu tidak diteruskan menjadi ideologinyasehingga Marhaenisme itu sekarang ini tinggal namanya saja lagi dan nyaris masuk dokumensejarah.

Walaupun begitu penganut-penganutnya yang selalu disebut kaum Marhaenis sampai sekarang ini masih banyak tetapi mereka nyaris tidak terpelihara lagi. Entah apa sebabnya kita sendiri tidak tahu. Mungkin mereka sudah kehilangan semangat.

Kalau begitu konduitenyaberarti kaum Marhaenisitu sudah melupakan apa yang pernah dikatakan Soekarno yaitu triple prinsipperjuangan : geest -- wil -- daad.  Kata-kata itu diambil dari bahasa Belanda yang artinya : semangat -- kemauan -- perbuatan.

Silahkan saja kaum Marhaenis untuk merenungkannya dan kalau menyadari akan kekeliruannya di dalam situasi sekarang ini maka tak ada alternatif lain bagi kaum Marhaenis selain menggalang dirinya dalam satu wadah yang kumulatif artinya, bukan sekedar satu wadah saja tetapi wadah itu juga merupakan satu kekuatan.

Menurut estimatekita pada saat ini kaum Marhaenis itu kurang olah diridan kurang olah ideologi, kurang self actualitydan kurang ideology actuality, sehingga wajarlah kalau kemudian kita tidak melihat kiprahnya lagi.

Self actualitymasih bisa digalang dan diperbaiki tetapi yang menyangkut ideology actuality itu sudah pasri saat ini sepi dari perhatian padahal, relevansinyaMarhaenisme itu pada situasi sekarang ini berada didalam skala yang tinggi tetapi tidak disadari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun