Mohon tunggu...
Noer Wahid
Noer Wahid Mohon Tunggu... Penulis lepas di usia senja - Wakil Ketua Persatuan Perintis Kemerdekaan Indonesia Cabang Sumut - Ketua Lembaga Pusaka Bangsa -

Seorang sepuh yang menikmati usia senja dengan aksara. E-mail ; nurwahid1940@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Politik Si "Raja Judi" Donald Trump

13 Desember 2017   22:56 Diperbarui: 13 Desember 2017   23:12 2079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Donald J Trump (haaretz.com)

Kalau tidak ada tongkat itu sudah saja Israel minta bantuan kepada jin-jinnya Nabi Sulaeman untuk memindahkan situssuci tersebut. Kan dahulu jin-jin itu pula yang memindahkan istana Putri Balqis ke pusat kerajaan Nabi Sulaeman. Beres, kan !

Situs yang dianggap suci itu hanya ada satu saja di Yerusalem yaitu tembok ratapan "anak-anak" Yahudi. Ma'af kalau saya menyebut "anak-anak" karena yang biasanya suka menangis itu, kan,  anak-anak.   

Kalau ibu kota pindah yang repot Israel juga, bukan Donald Trump. Paling banter Donald Trump hanya sibuk memindahkan kantor kedutaannya saja. Sementara, bagi Israel sendiri banyak yang harus dipersiapkan dan banyak pula yang harus dipertimbangkannya kalau negara Yahudi itu masih juga menghendaki Yerusalem sebagai ibu kotanya.

Kendatipun demikian semua pertimbangan diatas bisa saja dieliminasikarena ada keputusan politikPemerintah Israel yang menyetujui keputusan Donald Trump tadi. Wajarlah, karena AS adalah sahabat kentalnya Israel.

Apa kata AS, "yes", kata Israel. Pindah ibu kota, ya, O.K. saja ! Tak perlu banyak pertimbangan, ini kan, perintah induk semang. Ya, patuhi sajalah !  

Benjamin Netanyahu, PM Israel, menyambut baik adanya keputusan Presiden AS, Donal Trump, menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Netanyahu pun berujar bahwa keputusan Presiden Trump merupakan langkah penting menuju perdamaian, karena tidak ada perdamaian jika didalamnya tak ada Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Begitu kata Netanyahu yang dirilis baru-baru ini.

What Peace ? Perdamaian apa ? Dengan aneksasi wilayah timur Yerusalem akan tercapaikah perdamaian seperti yang dikatakan Netanyahu tadi. Mustahil sekali, karena selama ini pun tak pernah tercapai perdamaian tersebut.

Netanyahu mengatakan lagi bahwa Yerusalem telah menjadi ibu kota Israel selama 3.000 tahun dan baru 70 tahun belakangan ini kembali lagi menjadi ibu kota Israel. Suatu pernyataan yang dilemmatis sekali jika dilihat dari sejarah Yahudi selama ini.

Kalau memang sudah 3.000 tahun lamanya Yerusalem menjadi ibu kota Israel, mengapa disitu ada Masjidil Aqsa situs suci umat Islam yang sangat dibanggakan dan Gereja Makam Kudus milik umat Kristen.

Berarti selama 3.000 tahun itu tidaklah benar kota Yerusalem tersebut menjadi ibu kota Israel. Sejak kedatangan Isa Al Masih kota Yerusalem itu pernah dikuasai oleh umat Kristen karena di kota itulah Isa Al Masih dilahirkan.

Dengan kedatangan Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw pernah pula kota Yerusalem itu dikuasai umat Islam. Bahkan, dalam "Perang Salib" Yerusalem

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun