Mohon tunggu...
Vivin Sulistya
Vivin Sulistya Mohon Tunggu... Guru - Ibu 3 anak

an ordinary human

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Mendua di Kesempatan Kedua, Apa Bisa?

3 Desember 2021   10:47 Diperbarui: 3 Desember 2021   10:50 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Lubuk Sikaping yang menjadi Ibukota Kab. Pasaman, Sumatera Barat adalah salah satu kota kecil yang menjadi saksi hidup saya. Sebuah daerah yang didominasi oleh pendatang dalam provinsi, karena kebanyakan warga nya berprofesi sebagai Abdi Negara di kota kecil ini. Pun saya, berasal dari keluarga biasa dan sangat sederhana. Ayah seorang ASN biasa dan Ibu hanya bekerja di rumah. Namun, syukur  yang  luar biasa selalu tiada henti-hentinya saya rasakan ketika sudah mulai bisa berpikir secara dewasa.

Merasa beruntung, berbeda dari teman-teman lain, karena bisa ditemani dan dirawat langsung bersama dua adik laki-laki saya lainnya oleh ibunda tercinta. Kasih saying dan kehadiran yang all out selalu membersamai kami. Tumbuh selayaknya anak-anak lainnya, saya akhirnya ditakdirkan menapaki pendidikan tingkat lanjut di sebuah universitas negeri (baca : terkenal), masih dalam provinsi dan menggeluti jurusan pendidikan. Sama sekali tidak pernah terbayangkan ketika di bangku sekolah, untuk mantap dalam pilihan jurusan ini. Tidak sama sekali. Di pertengahan pun, saya juga sempat merubah arah dengan mencoba mengadu nasib di instansi lain yang lebih bergengsi menurut pemikiran saya waktu itu. Namun apa dikata, belum ada rezki dan Allah masih menyuruh saya untuk tetap setia di jurusan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Waktu terasa begitu cepat. Saya amat yakin, butuh perjuangan yang tidak mudah oleh ayah dalam membiayai kehidupan keluarga dan saya yang sedang menimba ilmu di ibukota provinsi kami. Namun Allah Maha baik, jalan saya dimudahkan dan saya bisa lanjut wisuda dengan tepat waktu dengan nilai yang so-so. Tidak buruk, baik pun tidak. Tapi sekali lagi, Alhamdulillah. Allah mudahkan semua. Dan masih diberi keberkahan oleh Allah, saya juga dipertemukan dengan seseorang yang kemudian menjadi kawan hidup setelah tak lama lulus dari kampus tercinta.

Dua tahun berlalu, saya mengikuti suami yang bertugas di kabupaten lain, dan kami hidup di rumah dinas bersama buah hati kami sampai si kecil kami itu berumur 1,9 tahun. Dan Allah melihatkan lagi kuasaNya dalam hidup saya, setelah lulus kuliah, menikah, dititipkan sang buah hati, saya juga di amanahkan menjadi Aparatur Sipil Negara pada tahun 2015 dengan penempatan di kabupaten Pasaman, meskipun kali ini tempat tugas memaksa saya untuk bersabar, karena saya harus bertugas di daerah yang lumayan terpinggir di kabupaten Pasaman.

Pemikiran saya sebelumnya yang menganggap kodrat seorang wanita seharusnya dirumah, menemani tumbuh kembang buah hati dan memastikan kebutuhan rumah tangga siap seolah-olah menjadi pertimbangan yang berat untuk saya pribadi karena ketidakberdayaan saya ketika harus dihadapi dengan pilihan jadi seorang guru yang punya penghasilan pribadi, jauh dari anak atau dengan jadi ibu rumah tangga yang sigap dalam melayani kebutuhan anggota keluarga lainnya namun tidak memiliki penghasilan.

Hanya Bismillah yang saya putuskan ketika itu,,,mudah-mudahan menjadi pilihan terbaik dalam hidup saya walaupun dengan berjauhan dengan suami dan anak. Untungnya, kami masih tinggal bersama kedua orang tua dan  adik saya yang bungsu, sehingga saya tidak terlalu cemas dengan kebutuhan dan keperluan anak dan suami. Sungguhpun kami berada di kecamatan yang berbeda untuk beberapa hari, namun saya menyempatkan dan harus bisa balik ke Lubuk SIkaping untuk melepas rindu dan menikmati hari berikutnya dengan keluarga terkasih.

Lima tahun saya jalani dengan bolak balik setiap minggu nya. Banyak kenangan-kenangan yang saya alami ketika berdinas di daerah terpinggir itu.Dan akhirnya setelah di titik berserah se serah-serahnya kepada Allah, akhirnya saya di mutasikan ke salah satu SMA negeri yang juga bergengsi di ibukota Kabupaten kami. Tidak berselang lama, saya pun mendapatkan kesempatan untuk yang kedua kalinya dalam melaksanakan PPG. Sesuai dengan namanya, Pendidikan Profesi Guru adalah sebuah wadah untuk mengembangkan dedukasi dan kinerja kami sebagai pendidik.

Berdasarkan pengetahuan saya sebelum terjun langsung di  dunia PPG ini, PPG merupakan wadah dalam peningkatan kemampuan profesi guru. Dimana kami yang merupakan guru baru, bisa mendapatkan upgrade ilmu dan berbagai pengalaman yang diperlukan dalam dunia pendidikan selanjutnya. Tentu, saya juga mendengar banyak keluhan yang didapati ketika PPG dari angkatan-angkatan sebelumnya. Namun, saya mencoba lebih bersyukur dan menikmati ini semua dengan sebaik-baiknya. Tak ayal, saya nyaris kehilangan beberapa kali kesempatan untuk menggali pengetahuan tentang dunia pembelajaran dalam wadah PPG ini.

Kendati saya sangat gembira karena mendapatkan undangan untuk berpartisipasi menjadi peserta PPG di tahun ini, di sisi lain saya juga mempertimbangkan beberapa hal yang mungkin akan menjadi kendala jika saya mengikuti PPG kelak. Selain masih di minta untuk aktif mengajar di sekolah, kami sebagai peserta PPG juga di minta melaksanakan kewajiban-kewajiban lainnya di sekolah. Layaknya guru-guru lain, kami juga di mintai membuat evaluasi, kisi-kisi dan hal-hal yang berbau administrasi lainnya. Tidak sampai di situ saja, permata hati kami yang kedua dan bungsu masih balita. Mereka terpaut usia yang terbilang dekat. Anak kedua kami berumur 2,5 tahun, dan si bungsu kami masih 6 bulan. Dimana, pada usia itu merupakan masa-masa yang sangat diperlukan kasih saying dan perhatian dari orang-orang terdekat demi tumbuh kembang mereka. Benar kata orang-orang, hidup ini memang pilihan,,keputusan harus di ambil. Saya berusaha untuk mengikuti program yang dicanangkan pemerintah ini sebaik mungkin walaupun harus mendua dengan berbagai kesibukan di rumah dengan anak-anak, maupun dengan berbagai kegiatan di sekolah. Singkat kata, saya harus bisa mendua di kesempatan kedua ini.

Senang dan gugup adalah dua rasa yang saya dapati ketika pertama kali bertemu teman-teman di PPG Unja ini. Betapa tidak, saya merasa senang bisa menambah kolega dari berbagai penjuru daerah di Indonesia. Tidak satupun dari teman-temang satu kelas saya, yang saya kenali sebelumnya. Menyenangkan sekali, bisa dapat ilmu lagi, referensi belajar, bahasa dan adat-adat mereka, serta keramahan dan kebersamaan juga saya dapati di kelas kami.

Tak jauh beda dengan teman-teman, dosen yang mengajar di Universitas Jambi beserta guru pamong kami sangat friendly dan humble. Padahal kebanyakan dari mereka adalah lulusan luar negeri. Sudah tentu, kaya ilmu dan pengalaman. Namun, dosen-dosen kami jauh dari kata sombong dan malah sangat terlalu ramah dan mereka selalu membersamai kami demi kelancaran PPG kami.

Rezki yang sangat luar biasa tentunya, bisa di pertemukan dengan mereka-mereka yang baik dan care satu dengan yang lain. Walaupun kami hanya bertemu di dunia maya, namun itu tidak mengurangi makna kebersamaan dan kekompakan kami. Harapan kami, mudah-mudahan kebersamaan kami juga sampai pada tahap akhir program PPG ini, yaitu UP. Sama-sama masuk, muddah-mudahan kami juga sama-sama mengakhiri program ini dengan baik.

Sama dengan belajar pada penyelenggara pendidikan lainnya, gaya maupun cara belajar kami tak jauh beda. 1 hal yang paling menonjol dengan pembelajaran di tempat-tempat lain adalah, kami dilatih untuk belajar dan mengajar dengan model pembelajaran Problem/ Project Based Learning; yang notaben nya sangat jarang kami aplikasi kan di dalam kelas kami sebelumnya, terlebih saya pribadi.

Di sela-sela kesibukan kuliah yang jadwalnya lumayan padat, saya harus mensiasati agar bisa membagi-bagi waktu dengan baik. Setelah mengikjuti kuliah tatap muka secara sinkronus, saya juga harus menyusui bahkan harus bermain-main sebentar bersama Nabihan dan Nahla. Tujuan nya tentu agar mereka merasa tidak terabaikan sepenuhnya oleh ibunya.

Bukan hal yang mudah, namun tak terlalu sulit juga untuk dilakukan. Melaksanakan PPG dalam keadaan masih menyusui bayi yang full ASI. Jika diceritakan lagi suatu hari nanti, kenangan ini tentu akan sulit tergerus. Harus bangun sebelum subuh untuk mempersiapkan semua nya, setelah pasukan bangun, saya juga harus memandikan, menyuapi makan, menyusui sebelum mereka saya titipkan ke neneknya.

Alhamdulillah nya, semua dukungan dan motivasi saya dapatkan dari banyak pihak, khususnya keluarga sendiri. Tanpa mereka, tidak mungkin saya sampai di titik ini. Tidak mungkin saya bisa melewati hari-hari yang paling crowded dalam hidup ini. Terlebih dari teman hidup. Beliau yang selalu menyemangati, membangkitkan lagi ketika terpuruk dalam progressnya. Sampai-sampai beliau rela melaksanakan semua tugas yang mestinya jadi tanggung jawab saya. Mudah-mudahan semua pengorbanan kita ini membuahkan hasil yang manis untuk masa depan rumah tangga dan anak-anak kami setelahnya.

Keteteran dengan waktu adalah salah satu tantangan yang saya temui di PPG ini. Terkadang dalam waktu yang singkat, kami dituntut untuk membuat sesuatu yang baru dan jarang kami lakukan sebelumnya. Namun, karena komunikasi kami yang terbilang cukup intens di dalam grup Whatsapp, kami bisa berkompromi dan saling mengingatkan jika terbentur masalah di setiap tahapannya.

Namun beberapa teman dan kolega juga punya beberapa tantangan dan hambatan dalam melaksankaan PPG ini. Ada beberapa yang hampir menyerah karena tidak kuat denga keadaan fisiknya, dll. Namun, sebagai keluarga baru, tentu kami tidak bisa membiarkan hal-hal seperti itu terjadi. Saling membantu, menyemangati, dan mengingatkan, sehingga Alhamdulillah kami full team sampai sekarang.

Homey; berasa berada di rumah sendiri adalah perasaan saya ketika bisa menikmati perkuliahan di UNJA ini. Semua aspek penyelenggara, baik dari pihak kampus, Dosen-dosen, Guru Pamong dan orang-orang yang berada di bawah naungan Program Studi PPG, Fakultas Pendidikan Unja, khususnya jurusan bahasa inggris sangat welcome dan ramah. Semua kendala kami mampu di atasi dengan baik. Tentu tak ada yang pantas kami ucapkan selain kata terima kasih. Mudah-mudah an Allah juga mudahkan jalan mereka semua menggapai kesuksesan dan jadi amal ibadah bagi kita semua.

Di ujung program, kami kembali merasa insecure lagi karena berkaca pada angkatan sebelumnya, hanya 50% dari semua peserta yang mampu lulus di ujian akhir UKMPPG. Tentu jadi Note sekali bagi kami semua. Dan senangnya, kami tidak sendiri, karena kami yakin semua staf pengajar, dosen dan guru pamong pasti akan memberikan pelayanan terbaik yang mereka miliki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun