Mohon tunggu...
Visca
Visca Mohon Tunggu... Penulis - Lulusan arsitektur Universitas Indonesia, yang walaupun sudah tak berprofesi arsitek, tetap selalu suka menikmati segala bentuk arsitektur. Pernah tinggal di Maroko, Belanda, Thailand, dan tentunya Indonesia.

Traveler. Baker. Crafter.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Ampuhnya Kucing Hitam sebagai Sarana Protes di Riga

5 Februari 2021   12:15 Diperbarui: 7 Februari 2021   11:10 1515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Kucing Hitam di The Cat House (Sumber: dokpri)

Latvia adalah salah satu negara Baltik, yang memiliki kemiripan dengan Lithuania dari segi etnik dan Bahasa. Bila minggu lalu saya membahas tentang Lithuania dengan Republik Uzupis-nya yang unik, kali ini saya membahas tentang Latvia dengan kisah kucingnya yang juga unik. 

Kisah tentang kucing ini berada di Riga yang merupakan Ibukota dari Latvia. Riga terkenal keindahan arsitektur bangunannya yang bergaya Art Nouveau yang bahkan sudah dimasukkan ke dalam Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO.

Dari banyaknya bangunan dengan keindahan arsitekturalnya, ada satu bangunan di Riga yang sangat terkenal. Konon, belum ke Riga bila belum mengunjunginya. Bangunan ini terkenal dengan nama The Cat House. 

Bangunan berwarna kuning yang berada di Meistaru 10/12 sebetulnya secara arsitektural tidak semenonjol bangunan-bangunan bersejarah lainnya di Riga. Namun di sekitar bangunan ini pasti akan terlihat banyak orang mengambil fotonya. 

Dan cara pengambilan fotonya pun dengan sudut pengambilan yang tidak biasa. Hal ini dikarenakan objek yang hendak difoto berada di atas atap. Objek ini adalah patung kucing. Patung kucing ini menjadi terkenal karena kisah dibaliknya.

The Cat House, dengan dua patung kucing di atas gentengnya (Sumber: Countries and Cities Blogger)
The Cat House, dengan dua patung kucing di atas gentengnya (Sumber: Countries and Cities Blogger)


Pada awal abad ke-20, adalah seorang pedagang kaya yang membangun rumah dengan gaya kastil abad pertengahan yang dicat dengan warna gaya art nouveau. 

Bangunan ini didesain oleh arsitek Friedrich Schefel (yang dianggap sebagai perintis gaya arsitektur art nouveau di Riga) dan dibangun pada tahun 1909. 

Bangunan ini dibangun di lokasi yang sama dengan lokasi The Great Hall Riga. The Great Guild Hall adalah tempat pertemuan perserikatan para pedagang Jerman. 

Bangunan ini termasuk salah satu bangunan tertua di Riga, yang dibangun pada abad ke-14 dan dalam perjalanannya digunakan sebagai tempat kegiatan yang berhubungan dengan social, budaya dan perayaan. 

Perserikatan para pedagang ini merupakan sebuah organisasi yang penting. Organisasi yang dijalankan oleh jerman inilah yang mengendalikan seluruh bisnis di kota ini.

The Great Guild Hall Riga (Sumber: dokpri)
The Great Guild Hall Riga (Sumber: dokpri)

Tak heran bila para pedagang hendak masuk dalam organisasi ini, termasuk si pedagang kaya ini. Namun sebagai organisasi yang berpengaruh dan bergengsi, tentunya tak sembarang bisa masuk. Si pedagang kaya ini pun tak lolos. Ia ditolak mentah-mentah. 

Penolakan ini jelas membangkitkan amarah si pedagang ini. Tak hanya harga dirinya yang terluka, tetapi ia juga khawatir akan kelancaran usahanya. Layaknya orang yang sedang dendam kesumat, ia pun memikirkan bagaimana caranya membalas dendam. 

Entah mungkin karena memang pedagan ini memiliki karakter yang unik, cara membalas dendamnya pun unik. Bila orang lain (pada jaman dulu) mungkin umumnya membalas dendam dengan berbagai cara seperti membuat organisasi tandingan, menghasut anggota organisasi tersebut, menjebak atau bahkan yang lumayan extreme dengan meracuni, namun pedagang ini memilih untuk meminta pematung membuatkan dua patung kucing hitam. 

Patung kucing ini kemudian ditaruh di atas atap rumahnya. Menaruh patung kucing di atas atap tentunya tidak masalah. Nah, yang menjadi masalah adalah posisi si patung kucing ini. Bagian (maaf) pantat kucing ini dibuat menghadap ke bangunan The Great Guild Hall tersebut. 

Wah, bisa dibayangkan betapa marahnya para tuan-tuan yang berkuasa itu. Pedagang inipun dibawa ke pengadilan. Jelas kasus ini kasus yang unik dan tidak mudah dipecahkan. 

Setelah berlarut-larut tak kunjung selesai, akhirnya kedua belah pihak memilih untuk sepakat, dimana sang pedagang akan mengubah posisi patung kucing hingga bagian belakangnya tidak menghadap ke bangunan The Great Guild hall dan para pengurus organisasi ini memutuskan untuk menerima pedagang dalam organisasi mereka. 

Mengapa si pedagang kaya tersebut memilih patung kucing hitam, tak ada yang tahu pasti alasannya. Namun, kucing hitam memang memiliki reputasi yang unik. Banyak yang percaya bahwa kucing hitam berhubungan dengan hal-hal magis. 

Para pakar berpendapat kalau mitos tentang kucing hitam di Eropa bermula pada abad pertengahan. Dari cerita rakyat tentang kisah tentang seorang ayah dan anak yang kebetulan betemu dengan kucing hitam. 

Mereka melempar batu ke kucing itu dan kucing yang terluka itu lari ke rumah seorang wanita yang dicurigai seorang nenek sihir, dan entah kebetulan, ketika wanita itu keluar rumah keesokan harinya, wanita itu berjalan pincang dan memar. 

Orang-orang pun mencurigai kucing hitam itu adalah samaran wanita penyihir. Kucing hitam sering dianggap sebagai samaran nenek sihir, atau sebagai hewan peliharaan nenek sihir atau juga sebagai iblis berbentuk hewan yang dikirim oleh nenek sihir untuk memata-matai manusia. Sepanjang abad ke-13 sampai abad ke-17 terdapat banyak perburuan nenek sihir dan pembunuhan kucing hitam.

Sumber: World Wide Gift
Sumber: World Wide Gift
Reputasi kurang baik kucing hitam, dimana kucing hitam dianggap sebagai pertanda buruk dan  kematian juga karena bulu mereka yang berwarna hitam seperti bulu pada burung gagak. 

Pada abad ke-16, ada kepercayaan bila kucing hitam ada di dekat tempat tidur orang yang sedang sakit, maka itu pertanada orang sakit tersebut akan meninggal. 

Bahkan di jaman modern sekarang ini, masih banyak yang percaya bila kucing hitam melintas di depan kita, maka itu pertanda buruk. Hingga kini, karakter kucing hitam sering dipakai dalam acara Halloween.

Walaupun demikian, banyak juga budaya yang justru menganggap kucing hitam pembawa keberuntungan. Di Mesir kuno, kucing hitam dijunjung tinggi karena mereka menyerupai Bastet, dewi rumah, kesuburan, dan perlindungan dari penyakit, yang berkepala kucing. 

Di Jepang, bila bertemu kucing hitam menjadi pertanda orang tersebut akan beruntung dalam hidup asmaranya. Di Eropa, para pelaut suka membawa kucing hitam ke kapal supaya selamat dalam perjalanannya.

Orang Latvia memang terkenal sebagai pencinta kucing (Sumber: dokpri)
Orang Latvia memang terkenal sebagai pencinta kucing (Sumber: dokpri)

Kembali ke kisah si pedagang tersebut. Sayangnya nama pedagang tersebut tidak ada yang tahu, tetapi cara uniknya untuk memprotes telah menjadi legenda yang diceritakan turun temurun. 

Bangunan ini kini menjadi landmark Riga. Bila ingin mengenang legenda ini, bisa membeli cenderamata patung kucing ini, mulai dari miniaturnya, gantungan kunci, magnet hingga kaos dengan gambar kucing ini.

Banyak cara agar protes terdengar dan berhasil. Cara pedagang di Riga ini dengan menggunakan kucing hitam mungkin satu-satunya di dunia. Cara protes tanpa kekerasan namun kreatif memanfaatkan simbol dan nilai setempat, mampu membawa "kemenangan". Sebuah ide yang inspiratif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun