Mohon tunggu...
Virni YasmaVara
Virni YasmaVara Mohon Tunggu... Lainnya - Warga sipil

Perempuan muda yang ingin membawa kedua orang tuanya ke tanah suci Mekkah dan Madinah. Dan meraih mimpi-mimpi kecilnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Satu Reward Puisi Untukmu: Angin Kesunyian

26 Februari 2023   02:21 Diperbarui: 26 Februari 2023   06:11 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Depositphotos

Hai Sobat Kompasiana!
Apa kabarnya hari ini?
Hmm ... Kebaikan selalu ku do'akan agar menyertai Sobat semua.
Hehe, maaf Sobat baru nongol lagi setelah sekian lamanya. Setahun ya, wkwkwk. Terakhir nongol Desember tahun 2022. Sekarang baru nongol lagi Februari 2023, mwehe udah setahun beneran ya. (Sobat Kompasiana be like: Buset beda konsep itu Mbak><)

Okeoke, sebelum kita mulai baca-baca artikel yang kece-kece lagi(menurut siapa emang kece, pede banget gue,). Ada bonus satu puisi saya buat Sobat semua. Di bawah ini adalah salah satu puisi yang pernah saya ikutkan di suatu event. Dan sepertinya tidak mendapat nominasi, wkwk. Karena mungkin terlalu banyaknya peserta, atau memang sayanya sih yang lelet kelupaan buat ngirim naskah. Ya udah puisinya bonus aja buat jadi bacaan Sobat Kompasiana!
---------------------

Angin Kesunyian

Sore indah, di bawah derunya angin kehangatan
Gempuran ombak saling beradu
Selayak ingin lepas dari lautan
Harmonisasi indah alam
Mengantar mentari menuju malam nan gelap

Terduduk daku di bibir landai itu
Merayu cikalang agar bernyanyi merdu
Namun khayal semata
Hanya dalam benak akalku

Bintang gemintang masih berkilau padang di atas awan
Kurayu rembulan agar menampakan senyuman
Entah mengapa
Kian masa kentara itu sirna
Kutatap awan nian berimbun suram
Hati sejuk namun hakikatnya tidak

Rentes-rentes,
Air mata awan membasahi bumi
Perlahan kian pasti
Segenap bumi landai ini
Kini beranjak ranai
Terguyur sejuk sore ini

Ku bergegas menyingkir
Menjauh dari tempat itu
Bernaung pada pondok rantau
Tempat insan meneduh lesu

Namun
Malam yang baru sampai
Mulai terasa hening
Hampa tertepa rentesan air
Apakah ini rasa sepi?

Tuhan, izinkanlah daku untuk mereguk itu
Keramaian itu, rasa sepi itu
Apa nyata, ataukah anggapku sahaja?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun