Hai Sobat Kompasiana!
Apa kabarnya hari ini?
Hmm ... Kebaikan selalu ku do'akan agar menyertai Sobat semua.
Hehe, maaf Sobat baru nongol lagi setelah sekian lamanya. Setahun ya, wkwkwk. Terakhir nongol Desember tahun 2022. Sekarang baru nongol lagi Februari 2023, mwehe udah setahun beneran ya. (Sobat Kompasiana be like: Buset beda konsep itu Mbak><)
Okeoke, sebelum kita mulai baca-baca artikel yang kece-kece lagi(menurut siapa emang kece, pede banget gue,). Ada bonus satu puisi saya buat Sobat semua. Di bawah ini adalah salah satu puisi yang pernah saya ikutkan di suatu event. Dan sepertinya tidak mendapat nominasi, wkwk. Karena mungkin terlalu banyaknya peserta, atau memang sayanya sih yang lelet kelupaan buat ngirim naskah. Ya udah puisinya bonus aja buat jadi bacaan Sobat Kompasiana!
---------------------
Sore indah, di bawah derunya angin kehangatan
Gempuran ombak saling beradu
Selayak ingin lepas dari lautan
Harmonisasi indah alam
Mengantar mentari menuju malam nan gelap
Terduduk daku di bibir landai itu
Merayu cikalang agar bernyanyi merdu
Namun khayal semata
Hanya dalam benak akalku
Bintang gemintang masih berkilau padang di atas awan
Kurayu rembulan agar menampakan senyuman
Entah mengapa
Kian masa kentara itu sirna
Kutatap awan nian berimbun suram
Hati sejuk namun hakikatnya tidak
Rentes-rentes,
Air mata awan membasahi bumi
Perlahan kian pasti
Segenap bumi landai ini
Kini beranjak ranai
Terguyur sejuk sore ini
Ku bergegas menyingkir
Menjauh dari tempat itu
Bernaung pada pondok rantau
Tempat insan meneduh lesu
Namun
Malam yang baru sampai
Mulai terasa hening
Hampa tertepa rentesan air
Apakah ini rasa sepi?
Tuhan, izinkanlah daku untuk mereguk itu
Keramaian itu, rasa sepi itu
Apa nyata, ataukah anggapku sahaja?