Pada pertemuan ke empat belas dengan dosen kami Drs. Study Rizky KL. M. AG
Dakwah Islam di Era Modern: Perbandingan Metode dan Strategi Kontemporer
Dakwah dalam Islam adalah proses penyampaian ajaran kepada masyarakat dengan tujuan menanamkan pemahaman, membangun kesadaran, dan mendorong pengamalan nilai-nilai agama dalam kehidupan. Seiring perkembangan zaman, dakwah mengalami banyak penyesuaian, baik dari segi pendekatan maupun media yang digunakan. Dalam konteks masyarakat modern, dakwah tidak bisa dilakukan hanya melalui metode tradisional, melainkan harus beradaptasi dengan pola hidup, tantangan, dan dinamika sosial yang semakin kompleks. Hal ini menuntut para pendakwah untuk memiliki pemahaman mendalam, keterampilan komunikasi, serta kemampuan menggunakan teknologi agar dakwah tetap relevan dan diterima oleh berbagai lapisan masyarakat.
Metode dakwah yang selama ini dikenal di antaranya mencakup pendekatan bil-hikmah, bil-lisan, bil-haal, bit-tadwin, fardiyah, dan ammah. Masing-masing memiliki kekuatan tersendiri. Bil-hikmah menggunakan kebijaksanaan dan pendekatan yang disesuaikan dengan kondisi psikologis dan sosial mad'u, sedangkan bil-lisan mengandalkan kekuatan kata-kata yang disampaikan secara langsung melalui ceramah, pidato, atau dialog. Bil-haal lebih menekankan pada keteladanan dan aksi nyata yang bisa dirasakan manfaatnya secara langsung oleh masyarakat. Bit-tadwin memanfaatkan media tulisan seperti artikel atau buku. Fardiyah dilakukan secara personal dan intensif, sementara ammah bersifat umum dan massal, biasanya melalui pengajian atau ceramah publik.
Namun, dalam konteks dakwah kontemporer, tidak cukup hanya mengandalkan metode tersebut tanpa adanya penyesuaian terhadap perkembangan zaman. Tantangan yang dihadapi saat ini sangat beragam, mulai dari perubahan gaya hidup, tren budaya populer, hingga pengaruh globalisasi dan media digital. Pola konsumsi informasi masyarakat yang serba cepat dan visual menuntut dakwah disampaikan secara menarik, ringkas, dan tepat sasaran. Oleh karena itu, pemanfaatan media sosial, podcast, konten video, dan aplikasi digital menjadi penting dalam mendukung penyebaran dakwah. Platform-platform ini mampu menjangkau generasi muda yang lebih aktif di ruang digital, sekaligus memberikan ruang untuk penyampaian pesan secara kreatif dan interaktif.
Strategi dakwah masa kini juga harus mempertimbangkan karakteristik masyarakat yang semakin kritis dan terbuka. Pendekatan dakwah yang bersifat monolog dan kaku seringkali tidak efektif dalam menjawab persoalan aktual. Sebaliknya, dakwah yang dialogis, humanis, dan berbasis pada kebutuhan riil masyarakat akan lebih mudah diterima. Materi dakwah pun perlu dikemas dengan baik dan menyentuh isu-isu kehidupan modern, seperti etika konsumsi, keberagaman, toleransi, penggunaan teknologi, serta persoalan sosial yang muncul di tengah masyarakat. Pendakwah juga dituntut untuk membangun citra yang positif dan autentik di mata publik, baik melalui kepribadian, gaya komunikasi, maupun konsistensi dalam menyampaikan pesan yang membawa maslahat.
Penting pula bagi pendakwah untuk tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga memahami cara kerja media digital, mengelola konten, serta membangun relasi yang sehat dengan audiens secara daring. Keberhasilan dakwah di era ini sangat bergantung pada kemampuan untuk mengelola pesan dengan bijak, menempatkan nilai-nilai Islam dalam konteks kekinian, dan tetap menjaga esensi ajaran yang bersifat rahmatan lil 'alamin. Dengan pendekatan yang inklusif, menyentuh realitas, dan memanfaatkan teknologi secara bijak, dakwah akan tetap hidup dan berdampak positif dalam membimbing masyarakat menuju kebaikan dan keberkahan hidup.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI