“Bukan dari roti saja manusia hidup, melainkan dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”
Lucifer mundur setapak, bukan karena takut, tapi karena tahu permainan ini tak akan mudah.
“Baiklah… satu kutipan. Tapi Aku punya lebih dari satu godaan.”
Dan ia menghilang, hanya untuk muncul kembali—di atas menara, di puncak bait Allah. Di tempat para imam biasa berdiri. Di tempat di mana ibadah dan kesombongan bisa bercampur.
“Jatuhkan diri-Mu. Bukankah tertulis bahwa malaikat akan menjaga-Mu?”
Gabriel menegang. Itu adalah kutipan dari Mazmur. Tapi digunakan dengan bengkok. Sebab demikian cara iblis bekerja: bukan dengan kebohongan kasar, tetapi dengan kebenaran yang dilucuti dari cinta dan ketaatan.
Yesus menjawab tanpa ragu.
“Jangan mencobai Tuhan, Allahmu.”
Kata-kata itu memukul seperti cahaya. Bahkan Lucifer tak bisa menyahut.
Satu godaan tersisa. Dan ia membawa-Nya ke puncak gunung rohani. Ia bentangkan seluruh dunia: istana, pasar, medan perang, ruang sidang, layar masa depan. Semua yang manusia kagumi.
“Sujudlah pada-Ku. Semuanya akan menjadi milik-Mu.”