Love dalam bahasa Inggris dapat diterjemahkan ke dalam beberapa istilah dalam bahasa Indonesia, yaitu: cinta, kasih, dan sayang. Dalam tulisan ini saya ingin berfokus pada kata "kasih" dalam memahami makna "love".Â
Saya melihat kata "kasih" ada kemiripan makna dengan kata "kasik" dalam bahasa Melayu, yang artinya memberi. Misalnya, "aku kasik kamu duit" (Melayu, red), memiliki arti "saya memberikan kamu uang" (Indonesia, red). Berangkat dari kemiripan lafal dari kata "kasih" dan "kasik" ini, saya ingin memaknai kasih sebagai tindakan memberi dari aku kepada orang lain.Â
Sewaktu masih kecil tentu kita pernah menyanyikan lagu "Kasih Ibu". Â Dalam lagu ini terdapat kalimat yang begitu dalam maknanya, "hanya memberi tak harap kembali." Seperti itulah kasih yang sejati, yaitu hanya ingin memberikan yang terbaik kepada orang yang dikasihinya, tanpa mengharapkan apapun dari orang yang dikasihinya.Â
Konsep kasih sebagai tindakan memberi sejalan dengan pemikiran filosofis dari Emmanuel Levinas, di mana ia mengungkapkan bahwa relasi aku dengan orang lain selalu bersifat asimetris. Asimetris artinya tidak simetris, atau dalam konteks relasi dengan orang lain memiliki arti: aku membantu orang lain, tanpa mengharapkan imbalan apapun dari orang lain. Maka, jika relasi asimetris ini diterapkan dalam konteks kasih, maka kasih itu hanya memberi, tanpa mengharapkan balasan apapun dari orang yang dikasihinya.Â
Kasih sebagai tindakan memberi memiliki makna yang sangat dalam, seperti kasih seorang ibu kepada anaknya, yang hanya memberi tak harap kembali. Maka, kasih yang paling tinggi adalah kasih seorang yang memberikan seluruh dirinya, bahkan nyawanya bagi orang yang dikasihinya.Â
Seringkali relasi kasih menjadi kandas dan mengalami banyak masalah, karena kasih dipahami bukan sebagai tindakan memberi dari aku kepada orang yang kukasihi, tetapi lebih pada tindakan meminta atau bahkan menuntut kepada orang lain. Maka, hal itu yang menyebabkan kandas dan hancurnya relasi kasih, karena selalu meminta dan menuntut apapun dari orang lain, tetapi kita sendiri tidak memberikan apapun yang terbaik bagi orang yang kita kasihi tersebut.Â
Lebih parahnya lagi jika atas nama kasih, kita merampas hak milik orang lain. Tindakan meminta, menuntut dan merampas jelas bukan perbuatan kasih, karena kasih selalu memberi dengan ikhlas dan tulus hati.Â
Pertanyaan, apakah kasih itu hanya memberi? Bagaimana dengan menerima, apakah itu juga tindakan kasih? Yuk, diskusi di kolom komentar!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI