Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apakah Kekayaan Selalu Jadi Ukuran Keberhasilan?

25 Agustus 2025   09:15 Diperbarui: 24 Agustus 2025   21:58 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Uang Rupiah Indonesia.(canva.com)

Kita hidup di zaman ketika ukuran keberhasilan sering kali direduksi menjadi angka. Nilai kekayaan, saldo rekening, aset properti, atau simbol gaya hidup mewah seakan menjadi parameter tunggal yang menilai apakah seseorang pantas disebut berhasil atau tidak. Di banyak ruang publik, dari perbincangan keluarga sampai linimasa media sosial, ukuran ini begitu dominan. Orang yang kaya sering otomatis disebut sukses, sedangkan mereka yang biasa-biasa saja cenderung dianggap tertinggal.

Namun, benarkah keberhasilan bisa disempitkan hanya pada satu dimensi bernama kekayaan? 

Lebih Kaya, Lebih Bahagia?

Kekayaan tentu penting. Tidak bisa dipungkiri bahwa uang mampu memberikan rasa aman, memenuhi kebutuhan dasar, dan membuka banyak peluang. Dengan uang, seseorang bisa mendapatkan layanan kesehatan yang lebih baik, pendidikan berkualitas, dan akses terhadap berbagai kenyamanan hidup. Dari perspektif ini, wajar jika kekayaan sering dianggap sebagai simbol keberhasilan.

Namun, apakah uang benar-benar membuat hidup lebih bahagia? Banyak penelitian di bidang psikologi menunjukkan bahwa hubungan antara kekayaan dan kebahagiaan tidaklah linear. Misalnya, sebuah studi dari Daniel Kahneman dan Angus Deaton menemukan bahwa kebahagiaan memang meningkat seiring dengan kenaikan pendapatan, tetapi hanya sampai titik tertentu. Setelah kebutuhan dasar terpenuhi dan sedikit kenyamanan tambahan tercapai, peningkatan penghasilan tidak lagi signifikan dalam meningkatkan kebahagiaan seseorang.

Kaya bisa memberi pilihan, tetapi tidak menjamin rasa damai. Ketika seseorang terjebak dalam pola pikir bahwa bahagia hanya datang dari uang, ia cenderung terperangkap dalam lingkaran tidak pernah cukup. Setiap pencapaian finansial melahirkan target baru yang lebih tinggi. Hidup pun berubah menjadi perlombaan tanpa garis akhir.

Definisi Keberhasilan yang Terlalu Sempit

Mengukur keberhasilan hanya dari harta benda sama saja dengan menyederhanakan kompleksitas hidup manusia. Bayangkan seorang guru di desa yang gajinya jauh dari kata besar, tetapi ia berhasil menginspirasi generasi muda untuk bermimpi dan belajar. Dalam kacamata finansial, mungkin ia bukan siapa-siapa. Namun, dalam kacamata sosial dan moral, ia jelas seorang pahlawan.

Fenomena serupa bisa kita lihat pada banyak profesi lain. Relawan kemanusiaan, seniman independen, aktivis lingkungan, atau bahkan seorang ibu rumah tangga yang membesarkan anak dengan penuh dedikasi. Apakah mereka gagal hanya karena tidak kaya raya? Tentu tidak. Tetapi standar masyarakat yang sempit sering kali menempatkan mereka dalam posisi terpinggirkan.

Kesempitan definisi keberhasilan inilah yang menciptakan tekanan sosial besar. Banyak anak muda merasa harus mengejar profesi tertentu hanya demi status sosial, meski sebenarnya tidak sesuai dengan minat dan bakat mereka. Akibatnya, lahirlah generasi yang bekerja bukan karena cinta, melainkan karena tuntutan. Mereka mungkin sukses secara materi, tetapi kehilangan makna hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun