Mohon tunggu...
Vinsensius SFil
Vinsensius SFil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sarjana Filsafat

Suka membaca dan menulis yang bermanfaat bagi kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Paradigma Metafisik dari Pertanian Organik (Bagian 3)

28 Februari 2023   00:41 Diperbarui: 28 Februari 2023   00:49 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita dapat mengambil contoh pertanian. Ketika tanah itu rusak, maka tanaman pun akan mati atau hidup dengan tidak subur (ada zat yang kurang). Akibatnya, manusia yang memakannya pun akan mengalami hal yang sama, yakni kekurangan gizi. Mungkin contoh yang ekstrim, tanah itu terkena zat kimia yang tidak baik untuk kesehatan, lalu merambat pada tanaman yang memperoleh makanan dari tanah tersebut. Akhirnya, zat tersebut pun akan masuk ke dalam tubuh manusia dan menjadi penyakit.

Contoh di atas hanyalah sebagian kecil dari contoh yang ingin membuktikan kesatuan dan keharmonisan dari alam semesta. Masih banyak contoh lain, misalnya: membabat hutan hingga gundul atau tandus, kemudian terjadi banjir atau tanah longsor, maka manusia pun akan mengalami akibat buruk dari perbuatan itu, entah kehilangan tempat tinggal atau pun kehilangan nyawa (mati tenggelam dalam banjir atau ditimpa tanah longsor). Dengan demikian, paradigma metafisis bukanlah paradigma yang mengawang-awang dan tidak menyentuh realita, tetapi paradigma ini dapat dibuktikan lewat pengalaman sehari-hari.


Penerapannya dalam Pertanian Organik


Paradigma metafisis ingin menggantikan paradigma destruktif di atas, yang tidak lagi bermanfaat bagi manusia dan alam. Namun bagaimana penerapannya? Di sini penulis menyajikan sebuah solusi sebagai fenomena yang dapat menjadi penerapan dari paradigma metafisis ini, yaitu pertanian organik.

Pertanian saat ini telah banyak menggunakan pupuk kimia, dengan berbagai alasan. Meskipun, banyak orang yang telah menyadari bahwa pupuk ini mengakibatkan kerusakan pada tanah. Maka, pertanian organik menawarkan suatu sistem tanam yang bebas dari bahan kimia, yakni menggunakan pupuk organik, misalnya: kotoran sapi atau kambing, dedaunan yang dikeringkan, abu, dan bahan organik lainnya. 

Memang dari pengalaman mereka yang pernah bertani organik, sistem ini tidak mudah dilakukan. Butuh keuletan, ketekunan, dan perhatian yang khusus pada tanaman tersebut. Maka, kita dapat mengerti bahwa jika kita hanya memandang kesatuan dan keharmonisan sebatas pada sesuatu yang melekat secara fisik, hal ini dapat dilakukan dengan mudah, bahkan kadang tanpa disadari. Karena kita menggunakan paradigma metafisis yang secara fisik tidak melekat begitu saja (misalnya: manusia dan pohon), maka dibutuhkan kesadaran dalam memandang alam, memahaminya, dan kemudian memperlakukannya.

Pertanian organik sungguh menjaga kesatuan dan keharmonisan alam semesta, sebab dengan adanya pertanian organik, tanah tetap memiliki kesuburan, dan tanaman yang ditanam pada tanah tersebut pun jauh lebih subur, dibandingkan tanaman yang diberi pupuk kimia. Dengan demikian, manusia yang mengonsumsinya pun tetap memiliki gizi yang cukup dan sehat.

Maka sudah waktunya kita meninggalkan paradigma praktis, dan paradigma destruktif lainnya. Kemudian beralih pada paradigma metafisis. Kita perlu melakukan revolusi dalam bertani secara khusus, dan memandang alam secara umum. Dengan demikian, tidak lagi terjadi kerusakan alam yang berakibat buruk bagi semua makhluk hidup, melainkan alam akan tetap terjaga kelestariannya dan memberikan manfaat yang baik bagi kelangsungan hidup semua organisme dan non-organisme yang ada di alam ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun