Mohon tunggu...
Vinsensius SFil
Vinsensius SFil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sarjana Filsafat

Suka membaca dan menulis yang bermanfaat bagi kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Paradigma Metafisik dari Pertanian Organik (Bagian 3)

28 Februari 2023   00:41 Diperbarui: 28 Februari 2023   00:49 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagaimana yang telah kita ketahui dalam penjelasan mengenai teori paradigma dari Thomas Kuhn di atas, bahwa dalam ilmu pengetahuan ada pengaruh paradigma yang sangat kuat. Paradigma ini sulit berubah, sebab telah tertanam kuat di dalam komunitas ilmuwan. 

Apalagi, mereka merasa mapan dengan paradigma tersebut, tanpa mempertanyakannya lagi. Hal ini juga yang terjadi dalam pertanian. Sejauh yang penulis ketahui tentang pertanian dan dari orang-orang yang memang pekerjaannya bertani, bahwa banyak pupuk kimia yang pada dasarnya merusak tanah. Kerusakan ini tampak dari kondisi tanah, setelah diberi pupuk kimia, dan keadaan tanaman yang telah dipupuki tersebut.

Pupuk kimia merupakan hasil dari kemajuan ilmu pengetahuan manusia di bidang pertanian. Namun, sayangnya banyak pupuk yang justru merusak, bukannya menyuburkan tanaman. Timbul pertanyaan, apakah ilmu pengetahuan selalu membawa dampak negatif pada alam? Tidak! Sebab pupuk kimia hanyalah sebagian kecil saja dari perkembangan ilmu pengetahuan. Masih banyak alternatif lain yang dapat dikembangkan oleh ilmu pengetahuan dalam rangka pelestarian alam ini.

Kerusakan alam yang diakibatkan oleh pupuk kimia sebenarnya tidak hanya merusak tanah atau tanaman, tetapi juga manusia itu sendiri. Hal ini terjadi, karena, tanaman itu akan dimakan oleh manusia. Apabila, tanah telah rusak dan kurang kesuburannya (atau zat-zat yang diperlukan oleh tanah), maka tanaman yang ditanam pada tanah tersebut pun akan mengalami hal yang sama. Kemudian, manusia yang memakan tanaman tersebut pun akan kekurangan gizi, yang seharusnya dimiliki oleh tanaman yang subur.

Sayangnya, pupuk kimia telah merakyat, dan banyak orang yang telah menggunakannya dalam waktu yang lama, secara turun-temurun. Bahkan, bagi mereka pupuk kimia praktis, sebab mudah didapatkan di toko perlengkapan pertanian. Dengan menggunakan pupuk kimia, kita tidak perlu repot-repot mencari pupuk lainnya, demikian pikir mereka. Paradigma inilah yang merupakan paradigma destruktif.

Paradigma praktis sepertinya telah mengakar dalam diri para petani kita. Oleh karena itu, paradigma ini tidak lagi dipertanyakan: apakah masih relevan yang kenyataan saat ini. Seperti sudah disinggung oleh penulis dalam pengantar di atas, bahwa kerusakan alam telah terjadi di mana-mana, baik di kota, maupun di desa. Maka, berdasarkan kenyataan ini, paradigma praktis tidak lagi berdaya guna, bahkan membawa dampak yang negatif. Jadi, paradigma ini harus diubah.

Sebenarnya masih banyak paradigma lama yang tidak lagi relevan dengan realita pada saat ini, namun tetap dipegang. Misalnya, ada yang berpandangan bahwa yang penting hari ini bisa makan dan berkecukupan. Paradigma seperti ini telah melalaikan dan melupakan kehidupan anak-cucunya ke depan. Kalau seandainya alam telah mereka rusak, bagaimana dengan keturunan mereka?

Selain itu, ada pula yang menganggap bahwa alam itu bebas dieksploitasi, selagi ada dan masih bisa dikerok. Kemudian, dalam hal pertanian, ada orang yang berpikiran bahwa pekerjaan petani itu adalah pekerjaan yang rendah levelnya. Maka, di sini ada rasa minder dan ketidakseriusan dalam menjalankan perkerjaan tersebut. Padahal, kalau kita amati secara mendalam, tanpa petani, maka tidak ada pangan, dan kita tidak bisa makan.

Demikianlah sedikit dari banyak paradigma destruktif yang dapat penulis jabarkan. Sebagaimana, yang dikatakan oleh Thomas Kuhn bahwa paradigma yang tidak lagi relevan, harus dirombak, dan harus terjadi revolusi ilmu pengetahuan. Di sini, penulis tidak serta-merta mau mengadakan revolusi ilmu pengetahuan, tetapi penulis lebih berfokus dalam menanggapi kerusakan alam. Namun, agar memperoleh solusinya, dan mencapai tujuan tersebut, penulis menggunakan konsep paradigma yang telah dikemukakan oleh Kuhn dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

Paradigma Metafisis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun