Mohon tunggu...
Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Drama

The Coffee Shop

25 Oktober 2016   14:17 Diperbarui: 26 Oktober 2016   02:31 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
silhouette of a girl | sumber: thesocialyoga.com

Alunan musik kafe terdengar begitu santai. Sudah ada dua jam aku menunggu dia yang belum datang. Secangkir americano panas yang kuminum tersisa setengah dan menghangat. Kutunggu dia sambil melihat sekitar.

Sudah hampir satu tahun aku menempuh ilmu jauh dari rumahku. Sangat rindu hati ini dengan suasana ibu kota Jakarta. Awalnya aku tidak ingin berkuliah di luar kota. Namun, sikap ayah yang seenaknya dirumah membuatku muak dan akhirnya memutuskan untuk meninggalkan rumah. Ayahku tidak pernah sekalipun membiarkanku membuat keputusan untuk diriku sendiri. Dia selalu menganggapku sebagai bocah kecil yang masih tidak bisa dipercaya. Sampai akhirnya aku kesal dan memutuskan untuk berkuliah jauh dari rumah.

Akhirnya pada siang ini aku menginjakan kakiku kembali diJakarta. Kutinggalkan semua tugas kuliahku hanya karena rindu dengan semua yang kupunya. Tak sadar aku langsung berjalan menuju kafe kesukaanku dan menunggu dia yang sudah janji akan menemuiku disitu siang itu. Kubayangkan dia yang datang dan memberikan senyum yang sangat kurindu dan ku bayangkan saat aku tidak dapat menemuinya. Yang hanya kudapat selama ini hanya suara lembut yang menemaniku sebelum aku terlelap.
Imajinasiku buyar ketika aku mendengar suara pintu kafe yang terbuka. Mataku langsung memalingkan kearah pintu dari layar hpku. Dia melihatku dan berjalan menuju kasir untuk membeli minuman. Ku rapikan penampilanku. Pakaian, rambut, dan rawut wajahku. Aku mencoba untuk tidak terlihat canggung dihadapannya.

Selang beberapa menit, dia menghampiriku dengan membawa segelas cotton candy frappucino dengan ekstra whip cream serta karamel yang memberikan finishing touch pada minuman itu. Dia yang kemudian duduk di hadapanku. Sesaat aku memandangnya, jantungku berdetak sangat cepat. Seakan baru saja bermain roller coaster tertinggi di dunia. Dia memberiku senyum terindah yang pernah aku lihat sebelumnya. Tak sanggup aku melihat dia yang selama ini ku tinggalkan. Dia memegang tanganku dan berkata " apa kabar?".

Hatiku serasa akan meledak ! Rasanya ingin sekali aku memeluknya sekarang juga, memeluknya dengan erat seperti yang kulakukan dulu.
Sesosok perempuan paling indah yang pernah kulihat duduk dan menggenggam tanganku dengan erat. Perempuan yang selama ini berada di sisiku, yang sudah mencintaiku sedalam mungkin. Yang membelaku, mempedulikanku.
" ibu " , begitu aku memanggilnya selama ini.

My mother was the most beautiful woman I ever saw. All I am I owe to my mother. I attribute my success in life to the moral, intellectual and physical education I received from her.- Georgie Washington.

Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun