Mohon tunggu...
Vina WardatusSakinah
Vina WardatusSakinah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi

Bersama kesulitan pasti ada kemudahan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Review Buku Menuju Pemikiran Filsafat

17 Februari 2020   23:36 Diperbarui: 17 Februari 2020   23:32 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Judul Buku        : Menuju Pemikiran Filsafat

Pengarang         : Muhammad In'am Esha

Penerbit             : UIN Maliki Press

Tahun                : 2010

Tebal Buku        : 143 halaman

Buku "Menuju Pemikiran Filsafat" merupakan sebuah buku yang sengaja didesain untuk anak yang baru mengenal filsafat. Dengan pengarang Muhammad In'am Esha, buku ini sangat pas dipelajari oleh mahasiswa semester satu dua.

            Buku ini terdiri dari 7 bab yang masing-masing dikemas dengan bahasa yang memahamkan pembaca.

BAB I

Kuasa Dan Hasrat  Pengetahuan

A.    Kekuasaan

Siapa yang menguasai pengetahuan, maka ia akan menguasai dunia. Begitulah kata yang kebenarannya telah terbukti dalam sejarah manusia. Dan sebagian orang berpendapat bahwa puncak dari segala penguasaan ilmu terletak pada pengetahuan ilmu di bidang teknologi antariksa, karena didalamnya terdapat berbagai macam ilmu pengetahuan dan segala macam ilmu teknologi. Kita semua tahu, bahwa sampai saat ini ilmu pengetahuan masih dikuasai orang Barat. Sehingga tidak mengherankan jika banyak dari sarjana kita yang berkeinginan untuk melanjutkan studi mereka di Barat.

Di Asia sendiri, terdapat beberapa negara yang memberikan perhatian khusus dalam bidang ini, salah satunya China. Bahasa Mandarin yang menjadi bahasa resmi China, kini mulai diperhatikan publik. Banyak orang yang tertarik belajar bahasa Mandarin karena ia memiliki peran penting  dalam bidang pengetahuan.

Bicara masalah kekuasaan, kekuasaan tidak bisa terlepas dari masalah politik. Tidak mengherankan jika kita belajar Sejarah Politik, maka pembahasannya akan mengarah pada orang-orang yang memegang kekuasaan. Seperti : para raja, presiden, para panglima dan lain-lain.

Terdapat banyak pendapat mengenai makna sebuah kekuasaan dalam konteks politik. Budiardjo (1984: 9) menyatakan bahwa kekuasaan dianggap sebagai kemampuan pelaku untuk mempengaruhi tindakan pelaku lain sedemikian rupa, sehingga tingkah laku terakhir menjadi sesuai dengan keinginan dari aktor yang mempunyai kekuasaan.

Kekuasaan adalah hasrat, kemampuan, kapasitas untuk mempengaruhi atau mengontrol orang lain. Dalam hal ini, kekuasaan tidak hanya bertugas untuk mengontrol tetapi juga merupakan bagian yang di kontrol. Kekuasaan biasanya didasarkan kepada kepemilikan atas sumber-sumber yang bernilai seperti uang, status, dan pengetahuan. Menurut Van Dijk (dalam Eriyanto, 2001: 272) kekuasaan yang berupa kekuatan untuk mengontrol secara langsung pada kenyataannnya juga dapat mengontrol hal secara tidak langsung dengan jalan mempengaruhi kondisi mental.

Manusia adalah makhluk yang selalu berkehendak untuk berkuasa (the will to power). Manusia sejak lahir sudah di bekali kemampuan utuk menjadi penguasa dan pengelola alam semesta. Manusia adalah wakil Tuhan di atas bumi ini. Pertama manusia bersikap netral, kekuasaan adalah potensi hidup manusia untuk menciptakan kasih sayang. Dalam perkembangannya, manusia melakukan kontrol untuk mempengaruhi orang lain, sehingga pengetahuan berperan sangat penting.

Dalam pemikiran ilmiah modern sekarang ini, kita perlu menerapkan adagium dari sahabat Ali bin Abi Thalib, yaitu "lihatlah apa yang dikatakan, jangan melihat siapa yang mengatakan." Adagium tersebut mengajarkan bahwa kita harus bersikap terbuka dalam hal informasi dan pengetahuan. Tidak peduli siapa yang menyampaikan, apabila itu benar, maka kita seyogyanya harus percaya.

Foucault, merupakan salah seorang ilmuan yang sering menyoroti masalah kekuasaan. Hal pertama yang beliau kaji bukan mengenai aspek apa itu kekuasaan, melainkan lebih kepada bagaimana kekuasaan itu beroperasi. Beberapa pokok pikirannya yaitu, pertama-tama kuasa bukan milik melainkan fungsi. Dalam pandangan kuasa tidak dimiliki. Kedua kuasa tidak dapat dilokalisasi, tetapi terdapat dimana. Ketiga, kuasa tidak selalu bekerja untuk menindas dan represi, tetapi bisa juga dalam bentuk normalisasi. Keempat, kuasa tidak bersifat destruktif tetapi produktif.

Dalam penjelasan diatas, dijelaskan bahwa kekuasaan tidak selamanya bersifat negatif. Kekuasaan adalah suatu bentuk yang bersifat positif dan produktif. Positivitas dan produktivitas ditopang oleh ilmu pengetahuan. Bisa juga diibaratkan bahwa kuasa dan pengetahuan bagaikan dua buah mata uang, keduanya tidak dapat dipisahkan dan saling melengkapi.

B.     Manusia dan Hasrat Berpengetahuan

Manusia dianugerahi oleh kemampuan, dan bekal kemampuan inilah yang sering disebuat dengan Fitrah. Fitrah merupakan modal awal. Modal ini dapat berkembang atau tidak , tergantung bagaimana orang itu mengelola dan mengembangkannya.

Manusia sejak lahir sudah dibekali dengan beragam alat pengetahuan, sepeti indra, akal dan hati. Ketiga alat ini merupakan modal dasar bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan. Tetapi, kemampuan tahu tersebut bersifat statis. Untuk mendorong supaya bisa dinamis, diperlukan daya rasa ingin tahu. Mampu tahu dan keinginan tahu saling terpadu dan saling membutuhkan. Tanpa keinginan, kemampuan tidak akan terwujud, demikian pula sebaliknya.

Dari uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa yang memberi potensi kepada manusia dan menyediakan modal awal adalah Allah SWT. Allah SWT juga memberikan alat-alat untuk menopang, mencari dan mengembangkan pengetahuan yang didapatnya, tinggal bagaimana manusia mengembangkannya. Tidak mengherankan jika para ahli seperti Ibnu Sina mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang mempunyai tujuh kemampuan, salah satu kemampuannya adalah mengetahui segala sesuatu disekitarnya.

Berpengetahuan adalah menghapus antara rasa tidak tahu dan tidak jelas, sehingga kita mengetahui apa yang ada di depan kita dan mengetahui apa yang selama ini masih tertutup. Pengambilan keputusan tentang sesuatu merupakan akhir dari gerak pemikiran. Hasil pemikiran inilah yang disebut pengetahuan. Keingintahuan kedudukannya adalah sebagai penggerak, namun keingintahuan tidak akan menghasilkan pengetahuan jika tidak ada proses pemikiran. Pemikiran adalah jalan untuk mengantar kemampuan dan keinginan menuju pengetahuan yang tepat dan mungkin benar. Untuk mendapatkan pengetahuan yang seperti ini, seseorang harus berfikir dengan tepat. Berfikir tepat mempunyai beberapa kriteria, yaitu: pertama, alasan yang diajukan padat dan kuat. Kedua, kenyataan yang dikemukakan benar dan yang terakhir adalah jaln yang dilewati tepat. (Achmad : 17)

Gerak pemikiran untuk memutuskan sesuatu mengindikasikan adanya objek pengetahuan. Objek pengetahuan sangatlah luas dan beragam. Tanpa adanya objek, maka tidak akan ada pengetahuan. Sedangkan untuk objek kajian manusia adalah segala sesuatu yang berada di dunia ini, karena Alloh swt menciptakan dunia ini sebagai laboraturium raksasa. Hasrat keingintahuan manusia sangatlah besar. Dengan modal yang dimiliki oleh manusia ini memungkinkan manusia untuk dapat menemukan pengetahuan yang luar biasa, didukung pula oleh rasa keingintahuan yang kuat.

Pengetahuan manusia memiliki beberapa tingkatan. Yang pertama adalah tingkat pengetahuan indrawi. Pengetahuan indrawi merupakan modal untuk menjawab rasa penasaran yang bersifat indrawi. Pengetahuan ini disebut pengetahuan biasa. Tingkat pengetahuan yang kedua ialah pengetahuan ilmiah. Pengetahuan yang meniscayakan kerja ilmiah dibutuhkan unntuk mencari jawaban dari pertanyaan yang bersifat ilmiah (sains). Tingkatan yang ketiga yaitu pengetahuan filosofis, yaitu upaya manusia untuk memahami sesuatu pada dataran makna yang diperoleh melalui penalaran rasional. Jenis pengetahuan yang terakhir adalah pengetahuan agama. Pengetahuan terakhir ini adalah penyempurna dari beberapa jenis ilmu pengetahuan yang sebelumnya. Keempat model pengetahuan tersebut akan menjadi pengetahuan yang sempurna untuk menjalani kehidupan di dunia.

C.    Islam dan Hasrat Pengetahuan Manusia.

Para filsuf sependapat bahwa didalam diri manusia terdapat potensi untuk berpengetahuan karena manusia dibekali dengan alat-alat pengetahuan. Seperti: indra akal dan hati. Hanya tinggal bagaimana manusia tersebut menggunakannya. Dalam ajaran islam ditegaskan bahwa manusia sangat mungkin mendapat pengetahuan yang benar. Hal ni merujuk pada surat al-Baqarah: 31-32. Yang artinya :

" dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-Nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakan kepada seluruh Malakiat lalu berfirman: " sebutkanlah kepada-ku nama benda-benda itu, jika kamu memang benar. Mereka menjawab: Maha Suci Engkau, tidak ada yang dapat kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnyaEngkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha bijaksana." (al- Baqarah: 3132)

Islam sangat menganjurkan umatnya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, dan hal ini tidak hanya berlaku bagi kaum adam, namun juga untuk kaum hawa. Bahkan dalam Al-Quran Alloh swt menerangkan bahwa seseorang akan diangkat derajatnya jika ia beriman dan berilmu. Dan kalau kita mau menengok ke belakang, bahwa ayat yang pertama turun adalah perintah untuk membaca, untuk itu islam sangat mendukung dan sangat menganjurkan umatnya untuk belajar dan menuntut ilmu.

Perhatian islam kepada ilmu pengetahuan sangatlah tinggi. Bahkan sejak zaman Nabi, dimana pada masa itu dibuat kebijakan bahwa tawanan perang dapat dibebaskan dengan syarat mau mengajarkan ilmu pengetahuan yang dimiliknya kepada umat Islam.

D.    Kuasa Pengetahuan: Menjadi Manusia Sejati

Keinginan manusia untuk mengetahui dan keinginan manusia untuk berkuasa merupakan hal yang bersifat fitrah. Tuhan mengutus manusia hadir di dunia dengan tujuan untuk menjadi khalifah, pengelola segala sesuatu yang berada di alam ini. Disini jelas bahwa manusia diciptakan pada hakikatnya untuk menunjukan kekuasaannya menggunakan ilmu pengetahuan.

Dalam konteks Islam, keinginan manusia itu bukan tanpa syarat dan tujuan. Beberapa tujuannya adalah mengabdi kepada Tuhan untuk mencapai Ridho-Nya. Dengan memiliki pengetahuan yang diamalkan, seseorang akan mampu menggapai kebahagiaan hidup.

BAB II

FILSAFAT DAN PEMENUHAN HASRAT PENGETAHUAN MANUSIA

A.    Perihal Filsafat

Kata filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan padanan kata falsafah (bahasa Arab) dan philosophy (bahasa Inggris) yang berasal dari bahasa Yunani philosophia. Ia merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata philos (kekasih) dan (shopia) yang berarti kebijaksanaan, kearifan. Sehingga filsafat berarti cinta kepada kebijaksanaan.

Berfikir yang filsfati memiliki beberpa ciri yang secara umum yaitu :

Universal

Memandang objek dari segala arah dan sudut secara totalitas.

Radikal

Berfikir secara mendalam untuk mencapai akar persoalan yang dipermasalahkan.

Rasional

 Berfikir logis, sistematis dan kritis. Logis berarti dapat diterima dengan akal sehat. Berfikir sistematis berarti rangkain pemikiran antara satu pemikiran dengan pemikiran lainnya saling berhubungan, sehingga arguman yang dibangun dapat dipertanggung jawabkan. Berfikir kritis berarti kemauan untuk terus menerus mengevaluasi dan mempertanyakan argumen yang mengkalim sesuatu itu benar.

B.     Filsafat Sebagai Modus Pengetahuan

Di awal sudah sempat disinggung bahwa pendidikan terdiri dari 4 macam, yaitu: indrawi, filosofis, ilmiah dan religi. Dalam pembahasan ini juga dapat dipahami bahwa filsafat merupakan salah satu cara manusia untuk mengetahui atau mendapatkan pengetahuan. Dan dari keempat modus diatas tidak seharusnya di pertanyakan manakah yang lebih unggul, tetapi hal yang paling baik dipahami adalah manusia dengan keempat jenis pengetahuan yang dimilikinya tersebut akan semakin menyempurnakan kekuatan pengetahuan yang dimiliki dalam mengarungi kehidupannya di dunia ini.

Ada kalanya juga masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia cukup hanya diselesaikan melalui pengetahuan indrawi saja. Namun ada kalanya juga masalah tersebut harus diselesaikan dengan ilmu pengetahuan ilmiah, filsafat dan agama.

C.    Al-Quran dan Model Berfikir Filosofisnya

Al-Quran dalam pandangan umat islam merupakan kitab suci yang menjadi pedoman bagi umat Islam. Tetapi kita tidak boleh lupa bahwa al-Quran itu adalah Kitabullah yang diturunkan bukan hanya untuk kaum muslim saja, tetapi untuk seluruh alam semesta ini. Al-Quran mengandung banyak sekali ilmu pengetahuan, tidak hanya dari ritualistik dan etis saja, tetapi juga mengandung ajaran-ajaran yang bersifat filsafati.

Wijaya (2009: 1) menjelaskan bahwa dalam proses sejarah setidaknya ada dua model yang dilakukan oleh manusia untuk memahami al-Quran. Pertama, pendekatan yang bersifat analisis, berasal dari disipilin Islam yang sering dipakai dalam tradisi teologi, fiqih, dan tasawuf. Kedua, pendekatan yang menggunakan perangkat dari luar disiplin islam yang dipakai dalam filsafat.

Sebagai sebuah metode, filsafat adalah sebuah keniscayaan yang tidak dapat dihindarkan lagi bagi umat Islam. Filsafat mempunyai legitimasi yang sangat kuat dalam kedudukannya sebagai qiyas syar'i seperti yang digunakan oleh ulama ahli fiqih.

BAB III

TRANSMISI FILSAFAT DALAM TRADISI ISLAM

A.    Momentum Internasionalisasi Islam

Perkembangan intelektual Islam bagi para orientalis merupakan sesuatu yang mengherankan sealigus menjadikan Islam sebagai daya tarik tersendiri dalam studi mereka. Salah satu sebabnya adalah dalam waktu sekitar dua abad, Islam mampu mendominasi corak pemikiran yang berkembang pada waktu itu.

Momentum Internasionalisasi Islam dari awal islam datang, dicirikan dengan adanya orang yang berbondong-bondong masuk Islam, hal ini seperti peristiwa Fathul Makkah. Pada masa Sahabat pun banyak sekali momentum yang menjadikan mereka menjadi pelopor Islam yang terkenal.

Rahman, dalam perspektifnya pada pengayaan dan penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dan mendukung internasionalisasi Islam, diantaranya : Pertama, faktor intern yang meliputi: 1). Adanya kemampuan kualitas moral dan spiritual yang dibangun oleh Nabi saw. Yang mampu memberikan tenaga hidup dan kesadaran sebagai pengemban syari'ah. 2). Kecanggihan mereka dalam mengasimilasikan sistem budaya di luarnya dalam kerangka Islam. 3). Aspek ajaran Islam yang mengedepankan humanitarianisme dan egalitarianisme yang telah mempercepat proses islamisasi.

B.     Penerjemahan: semangat Religius-Ilmiah

Fenomena petemuan tradisi pemikiran islam dengan yang lainnya merupakan peristiwa penting yang turut memperkuat bangunan keilmuan Islam. Pertemuan antar tradisi pemikiran ini merupakan keniscayaan historis akibat Internasionalisasi Islam.

Harus diakui bahwa umat Islam dengan sistem ajarannya yang terdapat dalam al-Quran dan sunnah memberikan dorongan yang sangat kuat dalam bidang pengetahuan. Fenomena penerjemahan buku-buku karya ilmiah dari tradisi luar islam tidak saja didukung oleh kepentingan pragmatis, tetapi juga karena nilai-nilai islam yang memberikan prioritas pada ilmu sebagai bagian penting dari nilai-nilai keimanan.

C.    Konstruksi Keilmuan dalam Tradisi Islam

Perkembangan keintelektualan bangsa bangsa arab pada khususnya semakin berkembang setelah Islam datang. Ini dimulai dari masa Nabi saw sampai kepada masa tabi'in. Perkembangan keilmuan yang sudah di capai sangat banyak dan dari berbagai bidang keilmuan. Bahkan pada masa Bani Umayyah, penguasa memberikan perhatian yang sangat khusus kepada ilmu pengetahuan. Salah satu contohnya adalah pada masa itu satu lembar ilmu pengetahuan yang ditulis oleh ilmuan akan dihargai sama dengan berat emas atau dirham pada masa itu.

Perkembangan keintelektualan islam juga menyumbang perkembangan kemajuan keintelektualan di daerah Eropa. Hal ini juga pernah disinggung dalam kontribusi Islam dalam kebangkitan intelektual Eropa.

D.    Perkembangan Filsafat dalam Tradisi Islam

Filsafat yang berkembang dalam Islam memang berasal dari pemikiran yunani dan beberapa hal yang diadopsi dari pemikiran filsafat yang berkembang di Yunani. Namun, anggapan tersebut salah jika mengatakan bahwa filsafat Islam hanya meniru dan dan mencontek semata. Sebagian pendapat mengatakan bahwa mustahil apabila pemikiran filsafat islam  hanya  meniru dari filsafat Yunani, karena seluruh pemikir muslim berpendapat bahwa sumber ilmu pengetahuan adalah wahyu dan sebagai landasan teori kenabian yang belum ada sebelumnya.

BAB IV

POHON FILSAFAT

A.    Akar Filsafat

1). Ketakjuban

Banyak filsuf yang mengatakan bahwa yang menjadi awal kelahiran filsafat adalah kekaguman, keheranan, atau ketakjuban terhadap segala yang ada di alam semesta.

2). Ketidakpuasan

Banyak pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari manusia yang kadang sulit untuk di jawab oleh manusia lain. Pertanyaan yang sering muncul adalah dalam hal mistis dan mitos. Kekurangpuasan jawaban yang dismapaikan oleh seseorang inilah yang membuat orang menggali lagi ilmu pengetahuan guna menjawab pertanyaan tadi.

3). Hasrat bertanya

            Manusia merupakan makhluk yang sering bertanya. Hasratlah yang mendorong manusia untuk selalu ingin menggali informasi lebih dalam. Inilah yang menjadi salah satu ciri khas filsafat, yaitu selalu mengajak manusia berpikir radikal.

4). Keragun

Keyakinan dalam diri setiap orang berbeda-beda dan mereka mempunyai tingkatan tersendiri dalam keyakinan yang dimilikinya.

B.     Batang Filsafat

Logika merupakan ilmu tentang pikiran. Logika bertujuan agar kita dapat berfikir secara tepat sehingga diharapkan akan memperoleh kebenaran. Sesuatu yang tepat belum tentu benar. Sesuatu yang benar pastilah tepat. Berfikir adalah kegiatan proses, ia berawal dan berakhir.

C.    Cabang dan Ranting Filsafat

Cabang merupakan sebuah simbol bahwa dalam proses pemikiran tentu terdapat hal yang menjadi inti pembahasan filsafat, dan pokok-pokok pembahasannya disimbolkan dengan ranting. Secara umum, dipahami bahwa tatkala kita membahas filsafat maka terdapat 3 pembahasan, yaitu:

Metafisika

Epistimologi

Aksiologi

Metafisika merupakan pembahasan filsafati komprehensif mengenai seluruh realitas atau segala sesuatu yang ada (Rappar, 1996). Epistimologi berarti kata, pikiran, dan percakapan tentang pengetahuan. Aksiologi adalah teori tentang nilai atau rasionalitas nilai. Atau sering dikenal dengan caban filsafat yang membahas tentang mengapa sesuatu itu dikatakan baik/buruk dan indah/tidak indah. Pembahasan aksiologi adalah persoalan etika dan persoalan estetika.

D.    Buah Filsafat

Buah filsafat dikatagorikan menjadi dua, pertama yang bersifat esensial teoritis, inilah yang menjadi tujuan dasar dari orang berfilsafat. Kedua, bersifat aksidentalis-praktis, dalam arti filsafat juga memberikan manfaat praktis bagi kehidupan manusia.

Buku "Menuju Pemikiran Filsafat" merupakan sebuah buku yang dikemas menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Ia menggunakan contoh kehidupan sehari-hari yang dapat dengan mudah dicerna oleh pembaca. Alur pembahasan yang disuguhkan juga memudahkan pembaca untuk memahami filsafat dari dasar. Namun, dalam buku ini terdapat beberapa kata yang menggunakan bahasa-bahasa ilmiah dan sulit dipahami, tetapi tidak disertai diksi. Sehingga pembaca harus mencari sendiri makna arti yag dapat dipahami.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun