Sejarah kesehatan masyarakat merupakan perjalanan panjang yang berawal sejak manusia menyadari pentingnya menjaga kebersihan, lingkungan, serta mencegah penyakit. Konsep kesehatan masyarakat telah ada sejak peradaban kuno, meskipun belum menggunakan istilah "public health" seperti saat ini. Pada masa Mesir Kuno, praktik kesehatan masyarakat terlihat dari adanya sistem pengelolaan limbah dan pembangunan saluran air. Peradaban Yunani dan Romawi juga menekankan pentingnya sanitasi, olahraga, dan pola hidup sehat, yang menjadi cikal bakal pendekatan promotif-preventif di bidang kesehatan (kompas.com, 2022).
Perkembangan besar terjadi pada abad pertengahan hingga abad ke-19 ketika Eropa dilanda wabah pes. Kejadian ini mendorong lahirnya sistem karantina dan pengawasan kesehatan. Salah satu momen penting adalah ditemukannya hubungan antara lingkungan dengan penyakit oleh John Snow pada abad ke-19 melalui penelitiannya terhadap wabah kolera di London. Ia membuktikan bahwa penyakit dapat menyebar melalui air yang terkontaminasi, sehingga memperkuat pentingnya sanitasi sebagai fondasi kesehatan masyarakat (kompasiana.com, 2024).
Memasuki abad ke-20, kesehatan masyarakat berkembang menjadi disiplin ilmu yang lebih sistematis dengan adanya lembaga kesehatan dunia seperti World Health Organization (WHO). Fokus kesehatan masyarakat tidak lagi terbatas pada penanggulangan penyakit menular, tetapi juga mencakup gizi, kesehatan ibu dan anak, serta pencegahan penyakit tidak menular. Indonesia sendiri mulai memperhatikan kesehatan masyarakat secara lebih serius setelah kemerdekaan, antara lain dengan membentuk Departemen Kesehatan pada tahun 1949 dan program-program seperti Puskesmas yang lahir pada tahun 1968 (wikipedia, 2022).
Di era globalisasi, tantangan kesehatan masyarakat semakin kompleks. Penyakit menular seperti COVID-19 menunjukkan bahwa wabah tidak mengenal batas negara dan menuntut kerja sama internasional. Di sisi lain, masalah penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes, dan kanker semakin meningkat akibat perubahan gaya hidup masyarakat modern. Selain itu, faktor lingkungan seperti polusi udara, perubahan iklim, dan krisis air bersih juga menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat (kesmas-ide.com, 2017).
Upaya pencegahan menjadi kunci utama dalam menjawab tantangan tersebut. Prinsip promotif dan preventif harus diutamakan melalui edukasi kesehatan, peningkatan kesadaran masyarakat, serta penguatan sistem pelayanan kesehatan primer. Peran mahasiswa kesehatan masyarakat sangat penting untuk mendukung hal ini, baik melalui penelitian, advokasi kebijakan, maupun keterlibatan aktif dalam program kesehatan di masyarakat (NIH, 2023).
Melihat perjalanan sejarah ini, dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat merupakan hasil interaksi panjang antara ilmu pengetahuan, kebijakan, dan perilaku manusia. Dari masa lalu hingga kini, tantangan selalu berubah mengikuti zaman, tetapi esensi kesehatan masyarakat tetap sama: melindungi dan meningkatkan kualitas hidup manusia secara kolektif. Sebagai generasi penerus, mahasiswa harus mampu mengambil pelajaran dari sejarah untuk menciptakan inovasi yang menjawab tantangan kesehatan masyarakat di masa depan.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI