Masjid sebagai tempat ibadah ummat Islam adalah salah satu tempat yang paling banyak dicari khususnya pada waktu-waktu menunaikan shalat. Sama seperti ruangan lain kenyamanan dan kebersihan masjid menjadi salah satu faktor pengunjungnya betah berlama-lama beribadah.Â
Bahkan bagi sebagian masjid yang menyediakan pelataran, orang bukan saja berkunjung untuk menunaikan shalat, tetapi melakukan aktivitas lain seperti berdiskusi, berkumpul dan melakukan tilawahÂ
Hari Minggu ini kebetulan saya diajak oleh suami berkunjung ke pusat Diklat Pramuka yang berlokasi di kecamatan Curug kabupaten Tangerang. Karena posisi saya membawa anak dua, kemanapun saya pergi biasanya kalau saya merasa capek saya selalu mencari masjid sebagai tempat untuk duduk dan menunggu sampai waktu shalat tiba.Â
Namun betapa kagetnya saya sewaktu menanyakan posisi masjid di tempat ini. Setelah saya jumpai ternyata kondisinya sangat kotor dan tidak terawat.
Saat anak saya hendak mencuci tangan keberadaan air pun sangat terbatas. Dan sewaktu memutuskan untuk menunggu di dalam masjid saya melihat halaman depannya sangat kotor, karpet masjid terlihat seperti bertahun-tahun tidak dibersihkan.Â
Dan didalam masjid terdapat sampah bekas minuman tergeletak didekat jendela. Sungguh saya pikir untuk menunggu pun saya sangat tidak nyaman, bagaimana orang yang shalat bisa khusus dengan kondisi masjid yang kotor.
Ironi nilai dasa darma dengan kebersihan tempat ibadah di tempat Diklat Pramuka memang saya lihat bukan kali ini saja terjadi, sebelum2nya saya sempat berkunjung ke Buperta Cibubur, meskipun kondisinya jauh lebih baik karena tidak ada karpet disana namun kenyamanan dan kebersihan sangat terabaikan bahkan tidak diperhatikanÂ
Menanggapi hal ini tentu kita tidak bisa menyalahkan pengurus Pramuka secara utuh atau anggotanya karena tidak mengamalkan dasa darma. Namun lebih kepada usaha semua pihak dan koordinasi antara pengelola dan pengurus Pramuka supaya lebih tegas dalam kebersihan.Â
Kita tahu sendiri dalam pelatihan yang digelar oleh Pramuka baik dari tingkatan siaga, penggalang hingga pabdega, terkadang terdapat anggapan miring dan aksi yang kurang wajar dari kakak pembina supaya anggotanya lulus pada pelatihan
Aksi tersebut kadang disebut jorok dan terkesan ekstrim dan lebih mengarabe kepada perpeloncoan dan bullying. Seperti kakak pembina menyuruh mencium tanah sebagai aktualisasi anggota terhadap nilai dasa darma kedua yakni "cinta alam dan kasih sayang terhadap sesama manusia" atau atas dasar gotong royong anggota dituntut untuk melakukan estapet permen dari mulut ke mulut anggota lain.Â
Pertanyaannya mengapa harus jauh meminta bukti untuk mengaktualisasikan dasa darma saat melihat lingkungannya sendiri kotor namun tetap abai.