Mohon tunggu...
Kholid Harras
Kholid Harras Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Pendidikan Indonesia

Pemerhati pendidikan, politik, dan bahasa

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ironi Lagu Religi Ramadan di Pusat Perbelanjaan

26 Maret 2024   17:07 Diperbarui: 26 Maret 2024   17:12 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
25+ Rekomendasi Lagu Religi untuk Sambut Ramadhan 2024 Beserta Liriknya (detik.com) 

Saat Ramadan tiba, atmosfer  yang mewarnai berbagai tempat perbelanjaan tanah air tak pernah sepi dari alunan lagu-lagu religi. Dari mulai lagu-lagu religi jadul grup musik  Bimbo yang melagenda, hingga lagu-lagu  'Ramadan' yang dibawakan oleh Tompi, Haddad Alwi, Opick, Maher Zain, Fadly Padi, Fasya Ungu, hingga BCL dan Melly Goeslow. Lagu-lagu religi tersebut nyaris tak henti  mengalun merdu dari pengeras suara mall dan supermarket, yang sesekali ditimpali suara  promosi atau diskon pewaranya.

Tentunya alasan mulia dari para pengelola tempat perbelanjaan tersebut ingin menyemarakkan tibanya bulan suci dengan menyuguhkan nuansa religius kepada pengunjung. Namun, di balik harmoni syair-syair religi  yang diputar, sesungguhnya tersembunyi suatu "ironi" yang menarik untuk diulas: ajakan kepada gaya hidup sederhana dan peduli kepada sesama sebagaimana diamanatkan dalam syair  lagu-lagu  tersebut dengan tawaran gaya hidup hedonis-konsumeris pada barang-barang yang ditawarkan  pengelola perbelanjaan tersebut.

Ramadan, memanglah merupakan bulan yang penuh berkah dan kesucian bagi umat Muslim. Di sisi lain sudah bukan lagi rahasia lagi jika menjadi momen bagi para pengelola pusat-pusat perbelanjaan dalam  berlomba-lomba berusaha menarik perhatian pengunjung sebanyak-banyaknya. Untuk itu mereka dengan sengaja mendekorasi tempat mereka dengan berbagai aksesoris yang terkesan religius, menggelar promosi diskon besar-besaran, dan sebagai pelengkapnya nyaris nonstop memutar lagu-lagu religi khas Ramadan.

Syair-syair dalam lagu-lagu religi itu sudah barang tentu penuh dengan pesan moral dan ajakan untuk berbuat baik, bersedekah, dan memperbanyak ibadah selama bulan Ramadan. Misalnya, lirik yang mengajak untuk "mengendong beban orang lain" atau "menghapuskan rasa lapar" menjadi pengingat akan pentingnya peduli sesama dan berbagi rezeki. Selain itu pesan moral dari lagu-lagu religi juga mengajak untuk merenung, bersyukur, dan banyak memberi.

Namun, ironinya terletak pada suasana di sekitar kita ketika kita berada di dalam mall atau supermarket. Saat kita berjalan di lorong-lorong pusat perbelanjaan tersebut dipenuhi barang-barang mewah dengan iming-iming  diskon besar, promosi beli satu gratis satu, dan tawaran menggiurkan lainnya yang sesungguhnya merupakan wujud dari gaya hidup konsumeris -hedonis. Pengunjung seolah diprovokasi berbagai produk mewah, dari pakaian bermerk, gadget terbaru, hingga peralatan rumah tangga canggih.

Mungkin inilah yang disebut sebagai ironi zaman ini:  di mana pesan-pesan religi yang seharusnya mendidik untuk sederhana dan peduli sesama seringkali tersaingi oleh gaya hidup konsumeris yang terus membesar. Ramadan, yang seharusnya menjadi bulan introspeksi diri dan meningkatkan kualitas spiritual, malah seringkali berubah menjadi ajang konsumsi barang dan gaya hidup yang makin hedonis.

Bagi sebagian orang, fenomena ironisme tersebut  mungkin tidak begitu berpengaruh. Namun, bagi yang peka akan perubahan sosial dan nilai-nilai moral, ironi ini menjadi perenungan tersendiri. Bagaimana mungkin kita bisa mengapresiasi syair tentang kepedulian dan kesederhanaan, namun sejenak kemudian terjerumus dalam gemerlap diskon dan penawaran barang-barang mewah yang sebenarnya tidak kita butuhkan?

Mungkin di sinilah pentingnya untuk kita semua mengingat kembali makna sejati dari pesan  Ramadan. Kehadiran bulan berkah itu bukan hanya sebagai bulan dilaksanakannya kewajiban berpuasa, tapi juga bulan introspeksi dan perbaikan diri  sebagai ikhtiar meningkatkan kualitas spiritualitas kita. Untuk itulah pentingnya sebagai individu kita dapat memilih untuk tetap menjaga kesederhanaan dan kepedulian terhadap sesama, meskipun di sekitar kita terus menerus dirayu oleh gaya hidup konsumeris yang hedonis. ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun