Relief Karmawibhangga sendiri penggambaran contoh nyata makanisme hukum semesta, yaitu Karmaphala atau buah dari perbuatan. Kita masih bisa mengakses foto reliefnya di Museum Karmawibhangga yang tak jauh dari Candi Borobudur. Terima kasih pada Kassian Cephas yang telah mengabadikan dalam bentuk foto. For your information deretan relief asli Karmawibhangga memang sudah tertutup untuk khalayak umum kecuali beberapa panil.
Untuk mengenali waditra tersebut tentu membutuhkan ahli khusus karena beberapa bentuk mempunyai turunan berlipat pada masa sekarang. Waditra yang satu bisa jadi disematkan nama berbeda di dua negara walau berbahan baku sama dan menghasilkan bunyi yang serupa. Â Seringkali kita sebagai masyarakat awam tidak menyadari, bahwa alat musik yang digunakan pemusik manca tersebut, merupakan turunan dari waditra klasik yang sudah dimainkan leluhur nusantara. Anda masih beranggapan leluhur kita bodoh dan melihat Candi Borobudur sebagai bukit berbatu semata?
Mari saya sebutkan beberapa nama alat musik, negara manca pengguna, sematan foto relief waditra yang sudah mewujud dan masih digunakan pada masa kini. Jika ada tambahan informasi, silakan anda tambahkan pada kolom komentar di bawah ya.
 Waditra tersebut: Bowed String(Italia), Lunzenze/Zeze(Kenya), Saung Gauk(Myanmar), Setar(Iran), Bhusya(Nepal), Bo(China), Darbuka(Mesir), Udu(Nigeria), Mridangam(India), Rama Ek(Thailand). Jika bertanya tentang nama jenis Waditra tersebut berdasarkan perkiraan jurnal ilmiah dan prasasti sejaman maka ada: Mandeli(waditra dawai), Sushira Vadya(waditra tiup), Ghana Vadya(waditra ideophone), Avadana Vadya(waditratabuh membran), Mrdang(waditra gendang tanah liat), dll.
Waditra Klasik. Doc: Youtube SOBKedatuan Medang
![Waditra Klasik. Doc: Youtube SOB](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/05/14/inshot-20210514-090811712-01-609dffec8ede4819f8070302.jpeg?t=o&v=555)
Waditra Pengantar Jiwa Berdoa