Sebenarnya, pertemuan saya dengan Sarinah modern ini hanyalah sebagian kecil dari pertemuan teman-teman peserta Persamuhan dengan Sarinah modern mereka sepanjang 26-30 Oktober 2019 di sekitar Anyer. Beberapa teman berkisah tentang perjalanannya dari daerah menuju Hotel Marbella dengan dibantu masyarakat sekitar Anyer. Dari sekedar menunjukan arah jalan sampai diperbolehkan menginap, dari makan bersama hingga jalinan persaudaraan walau baru bertemu beberapa jam. Sehingga stigma bahwa Anyer tidak aman tidaklah benar, hanya oknum semata.
Dunia wisata di Anyer juga menggeliat kembali seiring dengan perhatian dari pemerintah pusat dan daerah. For your information,  444 peserta disambut sendiri oleh wakil bupati Banten dengan ajakan untuk datang kembali berwisata. Tentu saja ajakan ini merupakan angin positif dari pemda setempat kepada kami yang  merupakan wakil dari 34 provinsi.
Memang benar langkah Bung Karno kala menyetujui pemikiran Sarinah yang berbisik padanya, "Karno, pertama kamu harus mencintai ibumu. Kemudian, kamu harus mencintai rakyat jelata. Engkau harus mencintai manusia umumnya." Pada realitanya, mungkin sarinah-sarinah modern tersebut boleh jadi tidak hafal  sila Pancasila, namun sudah menterjemahkannya dalam perilaku sehari-hari. Bukankah lebih berarti perilaku yang berpancasila daripada hanya mulut manis khatam sila nya?
Kesimpulan
Apa kegiatan Persamuhan Nasional ini perlu dilanjutkan? Menurut saya perlu, karena negara pada umumnya dan masyarakat daerah pada khususnya memerlukan sebuah momentum dasar yang terus menjalinkan benang merah persatuan dan penghargaan.
Sama seperti momen Sumpah Pemuda yang menjadi batu loncatan perjuangan para pemuda pada masanya. Jalinan persaudaran setanah air dimulai dari pertemuan, festival seni bersama dan duduk bersenda gurau. Tak kenal maka tak sayang bukan?
Seperti pesan Butet Kertaradjasa yang hadir juga dalam Persamuhan, "Jangan Kapok menjadi  Indonesia."