Mohon tunggu...
Via Mardiana
Via Mardiana Mohon Tunggu... Human Resources - Freelance Writer

Penulis Novel | Freelance Writer | Blogger | Traveller | Instagram : @viamardiana | Twitter: @viamardianaaaaa | Blog pribadi : www.viamardiana.com | Email : engineersukasastra@gmail.com atau mardianavia@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Negeri dalam Sebuah Botol

19 April 2018   07:37 Diperbarui: 19 April 2018   17:38 953
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kemana kalian akan mengirim pesan?" teriak sang petugas dengan menggunakan pengeras suara.

Kebanyakan dari mereka menjawab akan mengirim pesan kepada keluarga mereka di rumah, namun Piere kecil membuat sang petugas menghampirinya.

"Ke masa lalu, kepada nenek moyangku," kata Piere.

"Baiklah, kamu dapat antrian selanjutnya," kata petugas.

Akhirnya tiba giliran Piere untuk masuk ke dalam sebuah ruangan yang berbentuk tabung. Dalam ruangan tersebut, Piere melihat bagaimana nenek moyangnya yang hidup ditahun 2018. 

Piere sangat kagum dengan bentuk bangunan yang sangat beragam ditahun tersebut. Dalam layar tersebut, Piere melihat sebuah tempat yang banyak airnya, yakni laut. Namun, ketakjuban Piere kepada nenek moyangnya hancur seketika. Piere kembali teringat apa yang telah dilakukan nenek moyangnya kepadanya. Dia ingin segera menulis pesan dan segera disampaikan kepada nenek moyangnya.

Piere menulis surat untuk nenek moyangnya terdahulu. Surat itu sampai di tahun 2018. Ketika dunia masih membutuhkan nasi untuk dimakan. Ketika hutan masih ada namun kerusakannya tidak tanggung-tanggung. Ketika lautan bukan menjadi tempat tinggal ikan tapi bak sampah raksasa.

"Jagalah bumi untuk anak cucu kita nanti!" itulah isi surat Piere.

Sebuah kalimat sederhana yang Piere tulis akhirnya terkirim ke tahun 2018. Kedatangan surat tersebut ternyata hanya didengar oleh sebagian manusia saat itu. 

Surat itu tidak pernah diperhatikan oleh nenek moyang Piere. Mereka tidak sadar bahwa ketidakpeduliannya terhadap bumi membuat generasinya di masa depan kesulitan dalam menjalani kehidupannya. Surat itu sampai ke tahun dimana penebangan pohon semakin gencar dilakukan yang menyebabkan bumi semakin panas setiap harinya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun