Mohon tunggu...
Kanopi FEBUI
Kanopi FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UI

Kanopi FEBUI adalah organisasi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian, dan mengambil topik pada permasalahan ekonomi dan sosial di Indonesia secara makro. Selain itu, Kanopi FEBUI juga memiliki fungsi sebagai himpunan mahasiswa untuk mahasiswa program studi S1 Ilmu Ekonomi dimana seluruh mahasiswa ilmu ekonomi merupakan anggota Kanopi FEBUI.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Proteksionisme "Dalam Negeri", TKDN dengan Polemiknya

12 April 2024   17:38 Diperbarui: 21 April 2024   08:30 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Industrialisasi. (Gambar: KOMPAS/HERYUNANTO)

“Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai bangsa yang merdeka” - Ir. Soekarno

Mendengar kalimat tersebut tentunya menumbuhkan semangat terhadap bangsa sendiri, inilah menjadi spirit yang perlu ditanamkan kepada pelaku atau pembuat kebijakan industri mengenai kemandirian bangsa untuk tidak memiliki ketergantungan dengan negara lain. 

Tentunya, banyak langkah yang dapat ditempuh untuk mewujudkan kemandirian tersebut, layaknya pepatah yang tak asing di telinga kita “banyak jalan menuju Roma” hal ini terwujud dari banyaknya kebijakan yang dikeluarkan oleh Indonesia mengenai kebijakan industrialisasi dari pertama bumi pertiwi hingga merdeka.

Semangat pembangunan industri dalam negeri dimulai pada awal kemerdekaan tahun 1947 ketika Indonesia masih berperang, Kementerian Kemakmuran membuat daftar industri yang perlu dibangun atau ditingkatkan selama sepuluh tahun pertama setelah kemerdekaan. Industri seperti pabrik tekstil, pabrik aluminium, dan pabrik baja dipandang sebagai langkah penting untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan mengurangi ketergantungan impor. 

Selama masa pemerintahan Soekarno, pertumbuhan industri Tanah Air  tidak sampai 9%, kabinet Natsir (1950-1951) membuat Rancangan Urgensi Ekonomi (RUE) yang  berfokus pada pengembangan sektor manufaktur industri.

Presiden Soekarno melakukan intervensi yang kuat terhadap perkembangan industri strategi dan fokus pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang manufaktur (Moon, 2009).

Kemudian pergeseran rezim terjadi, memasuki era Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto, kegiatan sektor industri Indonesia berkembang secara masif dimulai pada tahun 1970. 

Target Indonesia mengejar industrialisasi dilakukan dengan melakukan substitusi impor, diikuti oleh pertumbuhan industri berat yang singkat tetapi mahal. 

Grafik 1 menunjukan terjadinya peningkatan nilai tambah industri manufaktur Indonesia terhadap PDB pada awal tahun 1970, hal ini menjadi pertanda kebangkitan sektor industri manufaktur di Indonesia.

Grafik 1: Pertumbuhan ekonomi dan nilai tambah industri manufaktur Indonesia, 1965–2015. Sumber: Paper The Indonesia Economy
Grafik 1: Pertumbuhan ekonomi dan nilai tambah industri manufaktur Indonesia, 1965–2015. Sumber: Paper The Indonesia Economy

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun