Mohon tunggu...
Vethria Rahmi
Vethria Rahmi Mohon Tunggu... Penulis - Pranata Humas Ahli Muda Kanwil Kemenag Riau

Thalabul Ilmi yang tak berhenti belajar

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Cara Bersih-bersih Sanubari, Gapai Idul Fitri Hakiki

19 Mei 2020   07:39 Diperbarui: 19 Mei 2020   07:40 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya, jangan lupa bahwa dalam harta kita ada hak 8 golongan yang perlu kita belanjai. Ke 8 Ashnaf (golongan) itu adalah golongan Fakir, miskin, pengurus Zakat, Muallaf jiwanya, budak, Gharim (yang terjerat hutang) karena berjuang di jalan Allah, Fii Sabilillah, Ibnu Sabil yang sesuai kewajiban yang ditetapkan dari Allah, sebagaimana tersurat dalam QS 9:60

Namun sayangnya, Shadaqah pada ayat itu  bisa disalahpahami seolah membayar zakat yang hanya dilakukan setahun sekali 2,5%. Jika seperti itu, tentu tidak koheren dengan surat 9:111 yang menyatakan bahwa Allah (seolah) telah membeli dari golongan mukmin, sejumlah jiwa dan harta mereka sehingga berhak terhadap kehidupan mereka satu kehidupan penaka taman yang merindangkan panen. 

Mereka itulah abdi-abdi Allah membersihkan sanubari yang sebenarnya. Maka Zakat secara harfiah juga bermakna bersih. Sedangkan menzakatkan berarti membersihkan.

Dengan perkataan lain,  golongan mukmin itu adalah golongan yang sudah tidak punya hak lagi terhadap egonya dan hartanya, karena seakan-akan sudah dibeli Allah dan difungsikan menurut Ridha Allah yaitu dibelanjakan untuk kebutuhan 8 Ashnaf tadi. Tentu bukan sembarang 8 Ashnaf. Tapi 8 Ashnaf yang berhak adalah yang hidupnya didedikasikan semata-mata atas nama Allah, bukan atas nama nafsu kita.

Bukankah nafsu kita diciptakan Allah bukan untuk dituruti sekehendak hati kita?. Kalau demikian, kita selamanya menjadi budak nafsu kita sendiri. Seharusnya nafsu kita kita kendalikan sekuat kemampuan kita sebagaimana yang Allah kehendaki. 

Tentu sulit sekali bila kita membersihkan secara sekaligus pemahaman kita dari unsur-unsur subjektivisme (nafsu). Kita bisa lebih berbudaya dan beradab mulia, bila kita lakukan secara bertahap sesuai jejak langkah Rasul-Nya. 

Kita sering mendengar hadits bahwa musuh utama kita adalah nafsu yang terbungkus dalam badan kita. Dengan  kita membarter nafsu kita dengan ajaran Allah, dapat diharapkan setiap pikiran, ucapan dan perbuatan kita bersih dari dorongan nafsu setan. Tapi terbimbing dengan hidayah Allah.

Atas tabiat manusia yang cenderung bersalah dan lupa diri ataupun tercemari dari warisan kekeliruan budaya nenek moyang kita, maka perlu kiranya kita saling nasehat-menasehati baik secara lisan maupun tulisan, berdasarkan Al-Haqq. 

Tujuannya apa?. Agar kita dapat saling bersikap konsisten, teguh bertahan (sabar) memegang prinsip-prinsip di atas (pembersihan sanubari) dalam situasi genting bagaimanapun, terutama saat Covid-19 tak pasti kapan berakhirnya.

Semoga dengan langkah-langkah di atas kita menjadi layak menyambut pesta kemenangan di momen Idul Fitri, yaitu momen kembali hidup menurut Islam sebagai diynul fitri (regulasi hidup bersih yang sesuai fitrah manusia).

Penataan hidup Islam yang sesuai dengan fitrah manusia yang suka pada hal-hal yang bersih. Kebersihan itu ditandai dengan pesta kepedulian dari pihak yang punya kepada pihak yang tak punya. Tentu tidak hanya setahun sekali tapi setiap saat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun