Mohon tunggu...
Vera Verawati
Vera Verawati Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary woman

Kopi dan buku, serta menulis apa pun yang tergerak hati.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Janji di Pintu Kematian

27 Maret 2024   07:37 Diperbarui: 27 Maret 2024   07:52 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Purnama yang kesepian (Dokumentasi Penulis)


Hujan segera berpamitan, meninggalkan basah dan lindapkan rindu tertinggal di daun-daun. Kasihnya menghijaukan kembali rumah-rumah burung gereja. Putik yang kemarin kuncup, mulai merekah dicumbu matahari.


Jingga di ujung pagi, begitu merona. Bulir-bulir padi menguning bak mutiara, bergelantungan manja di leher jenjang Dewi Sri. Pucuk cemara saling bersentuhan, membisikan kisah semalam yang tertunda oleh gelegar petir.


Merajut kata demi kata, demi mencipta sajak cinta untuk dirangkai pada sebuket bunga krisan berwarna putih. Aroma nan lembut, semerbak menyeruak menembus relung dada. segala resah sirna seketika.

 Membayangkan seraut wajah dengan senyum tulusnya. Mencari-cari letak huruf, mungkin saja terjatuh di antara rerumputan , lantas terbang tersapu angin hingga meninggalkan kesalahpahaman. Membuat masgul di wajah kuyu yang terlihat letih bermandi peluh.


Tidak pernah melupakan sebuah kalimat yang ditulis dan menggantung indah di awan-awan. Tentang sebentuk cincin tanpa mata berlian, hanya polos serupa kapas. Dengan kata "Mau kah menua denganku?"


Walau setelahnya hilang tak berbekas, tapi pernah terbaca demikian. Seiring musim hujan berlalu, rasa terpelihara kian nyata. Menegaskan kelopaknya yang ranum menunggu sentuhan. Tidak mudah untuk bertahan di pintu kematian.


Sembari terus merapal kidung klasik dari kitab-kitab yang dicatat sufisme. Sebatang raga kian melemah, nafasnya tersengal patah. Sebelum ajal membawa. Ia masih menunggu angin membuktikan kesungguhan.

Pondok Kata, 25 Maret 2024

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun