Tidak semua anak yang tumbuh dalam keluarga broken home berakhir gagal. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa luka masa lalu yang mereka alami sering terbawa ketika mereka menjadi ayah atau ibu. Luka yang tidak pernah diproses, tanpa sadar memengaruhi cara mereka mendidik anak dan menjalani peran sebagai orang tua.
Berikut adalah beberapa dampak yang sering dialami anak broken home ketika mereka menjadi orang tua:
1. Takut Mengulang Kesalahan Orang Tuanya
Anak broken home sering dihantui ketakutan:
"Jangan sampai anakku merasakan sakit yang sama seperti aku dulu."
Mereka begitu waspada agar tidak menciptakan trauma yang sama untuk anaknya. Namun, rasa takut ini terkadang justru membuat mereka terlalu keras pada diri sendiri atau menjadi orang tua yang perfeksionis.
2. Kesulitan Mengekspresikan Kasih Sayang
Karena jarang merasakan pelukan hangat atau kata-kata cinta dari orang tuanya dulu, mereka kadang menjadi kaku dalam mengekspresikan cinta kepada anak. Bukan karena mereka tidak menyayangi, tapi karena mereka sendiri tidak pernah belajar bagaimana caranya.
3. Terlalu Keras pada Diri Sendiri
Mereka punya standar tinggi untuk diri sendiri sebagai orang tua. Saat sedikit gagal, mereka langsung merasa tidak layak, menyalahkan diri, bahkan terjebak dalam perasaan bersalah yang dalam.
Padahal yang anak butuhkan bukanlah orang tua sempurna, tapi orang tua yang hadir dengan tulus.
4. Berpotensi Memutus Rantai Toxic Parenting
Di balik semua luka, anak broken home punya peluang besar untuk memutus rantai toxic parenting. Luka yang mereka alami dulu menjadi bahan pelajaran berharga agar anak mereka tumbuh dalam lingkungan penuh cinta dan penerimaan.
Ini bukan perjalanan yang mudah, tapi bukan juga hal yang mustahil.