Mohon tunggu...
VauG
VauG Mohon Tunggu... penulis

" ...Menulis merupakan salah satu kesempatan berbagi hal baik (berupa inspirasi, pengalaman, dan pengetahuan) kepada banyak orang dalam jangkauan ruang lintas waktu yang jauh ke depan. Salam Olah Kata & Pikiran...Terus mem-Baca, me- Nelaah & me-Nulis..."

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perayaan Si Ngiat Pat : Kue Si Kentut khas Bangka

26 Juli 2025   20:25 Diperbarui: 26 Juli 2025   20:21 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Referensi mengenai istilah daun kentut:

Wujud Tradisi Kue Si Kentut yang Khas

Dari daun inilah lahir kue si kentut. Dalam bahasa khek Bangka dikenal dengan Ta Phi Pan [打屁 粄 - dǎ pì bǎn], yang secara harafiah berarti “ kue yang dibuat dengan daun kentut”. Kue ini biasanya disajikan dalam bentuk seperti kue lapis dan dalam bentuk gulungan. Taburan kelapa parut yang gurih, menambah kelezatan kue si kentut.

Di Bangka, sebutannya bervariasi. Selain ta phi pan, ada juga yang menyebutnya:

  • Phi Then Pan - Bangka
  • Chiu Phi Then Pan – Parittiga; Jebus
  • Kai Si Then Pan – Belinyu
  • Kue Si Kentut – Mapur, Deniang, Baturusa, Sungailiat, Koba dan sekitarnya.

Kue serupa juga ditemukan di Kalimantan Barat. Menunjukkan jejak kuliner yang tersebar luas:

  • Khek Singkawang            - Chiu Pi Then Pan [臭屁藤粄 – kue dari tanaman merambat berbau kentut]
  • Khek Pontianak                -  Ke Si Then Pan [ 雞屎藤粄 – kue dari tanaman merambat kotoran ayam ]. Merujuk pada tanaman daun kentut yang memiliki aroma seperti kotoran ayam.
  • Tiociu Pontianak              - Koi Sai Tin Kue [雞屎藤粿 - Goi1 Sai2 Dêng5 Guê2 ; kue tanaman merambat kotoran ayam].

Asal mula kue si kentut Bangka: Wabah Penyakit dan Pemujaan Dewa Kerbau

Mengapa kue ini menjadi hidangan wajib saat perayaan si ngiat pat? Ada dua kisah utama yang melatarbelakanginya:

  • Kisah wabah penyakit: menurut kepercayaan lokal di Bangka, pada masa lampau, kue yang terbuat dari daun si kentut ini berhasil mengatasi wabah penyakit kulit [koreng] yang pernah melanda pulau tersebut. Khasiat penyembuhan dari tanaman inilah yang kemudian dihormati melalui tradisi.
  • Hubungan dengan Dewa Kerbau: kisah kedua menghubungkan tradisi ini dengan suku Zhuang di Tiongkok, yang setiap tanggal 8 bulan 4 imlek merayakan persembahan beras ketan lima warna kepada Dewa Kerbau. Suku Hakka yang tinggal di Guangdong [hamparan timur] bertetangga dekat dengan suku Zhuang di Guangxi [hamparan barat], memiliki kedekatan budaya. Sehingga seringkali disebut dengan Liang Guang [dua hamparan]. Orang Hakka di Bangka, mengadaptasi tradisi ini dengan membuat kue dari tanaman si kentut untuk dipersembahkan kepada Dewa Kerbau. Walaupun saat ini sudah tidak ada lagi persembahan kepada Dewa Kerbau di Bangka. Hingga kini, di Guangdong bagian utara, suku hakka masih menyelenggarakan festival Raja Kerbau di tanggal yang sama.

Jejak Daun Kentut di Tiongkok Daratan

Di Tiongkok, oleh orang hakka menyebutnya dengan 臭屁藤 - chòu pì téng téng [tanaman merambat berbau kentut]  atau 狗屁藤- gǒu pì téng [tanaman merambat bau kentut anjing]. Namun, ada juga nama yang lebih positif 通气藤- tōng qì téng [tanaman merambat pelancar qi].

Di daerah lain, ia lebih dikenal sebagai 鸡屎藤 [jī shǐ téng], ” tanaman merambat kotoran ayam”. Dalam Kitab 纲目拾遗 [Běncǎo Gāngmù Shíyí] (1) disebutkan: jika anda menggosok daunnya dan menciumnya, akan tercium bau yang tidak sedap. Tidak diketahui apa nama yang tepat untuk tanaman ini. Orang menyebutnya tanaman bau karena baunya yang menyengat.”

Karena namanya yang kurang elok, penulisannya terkadang diubah menjadi 鸡矢藤 [jī shǐ téng]. Meskipun karakter “kotoran - 屎” diganti dengan “ anak panah - 矢”, namun secara penerjemahan tetap merujuk ke makna tanaman merambat kotoran ayam.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun