Apakah manusia bisa mencintai manusia lain
sampai seperti ini?
Pertanyaan itu sempat menyelimuti pikiranku.
Saat berhadapan denganmu,
rasanya seperti mengunyah buah mentah.
Tak hanya mulut yang terasa gatal, tapi seluruh tubuhku
mati rasa.
Saat semua berpaling dariku,
kau mengulurkan tangan
yang penuh kehangatan padaku.
Kegelapan itu datang menyelimuti duniaku.
Aku berusaha menarik diri dalam tirai.
Di saat yang bersamaan, sebuah sinar masuk.
Kau menyinariku tanpa ampun.
Kau yang yakin,
aku yang yakin,
akan sesuatu bernama cinta itu.
Kalau perjalanan denganmu adalah kegelapan,
sepertinya aku tak perlu mengusap-usap mataku
untuk mencari cahaya.
Bahkan bulan yang bersinarpun,
tak akan dendam padaku.