Mohon tunggu...
Lyfe

Catatan Peserta "Young Eagle Leadership Training" (Banyuwangi)

16 Februari 2018   14:10 Diperbarui: 16 Februari 2018   14:59 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hingga sore hari kami asik bercerita masing-masing dan ketika hari sudah menginjak sore hari seperti camp sebelumnya kami diajak untuk keluar menghadapi dan belajar langsung di kondisi lapangan, dengan kelompok tetap kami diberi tugas pergi ke Pusat perbelanjaan dan mengenali peluang apa yang menjadi kebutuhan masyarakat dan pasar sebagai inovasi untuk membuka usaha dan memulai belajar berwirausaha, waktu itu saya dan satu kelompok lain diajak ke Tunjungan Plaza salah satu Mall terbesar di Surabaya dan satu kelompok lain di Grand City Mall dekat situ, kami dilepas selama dua jam di tempat kami masing-masing dan dipersilahkan untuk melihat dengan peka kondisi sekitar, kami selalu diijinkan untuk mengalami kondisi yang belum pernah kami alami dan apa yang belum pernah kami lihat atau kondisi biasa yang kami alami atau akrab dengan rutinitas kami namun diminta untuk menggunakan cara pandang dan kepekaan dalam melewatinya dan menjadi tidak biasa seperti orang lain, seperti jalan ke mall tapi melihat apa yang sebenarnya dibutuhkan orang lain ketika mereka pergi ke mall, hal-hal sederhana seperti itu yang diharapkan dapat jadi salah satu aktivitas rutin kami, berpikir keluar batas, menjadi berbeda serta pada endingngnya kami mampu jadi dampak buat sekitar. Setelah sekitar 2 jam kami berputar-putar dan berpikir di dalam mall yang masih dalam suasana natal dengan ornament-ornamen khas bulan desember, pada akhir dari sesi pertama ini kami diminta untuk menemukan peluang usaha yang nantinya bisa menjadi sebuah produk nyata kami dan dapat mempunyai penghasilan dari proses pelatihan ini, mengingat angkatan pertama Eagle Camp mempunyai produk Kripik Bayam yang saat ini sudah memiliki saldo sekitar 10-13 juta dari hasil penjualan produk mereka, ketika itu mereka diajak berproses di Malang dan kaki Gunung Bromo yang pada akhirnya mereka melihat daun bayam tumbuh tak terurus sebagai peluang. Kami naik taksi kembali ke GKI Residen Sudirman untuk sharing dan mempresentasikan apa yang kami lihat selama 2 jam kebelakang, begitu bermacam-macam apa yang kami temukan sebagai peluang usaha mulai dari sarung tangan spoons, tahu bulat isi, dan ruang baca buku indie di dalam mall. 

Total ada sekitar 12 ide yang kami temukan, setelah kami tulis semua peluang usaha itu kami diajak untuk kembali berpikir dengan menyaring lagi peluang itu dengan satu cara memperhatikan 4 hal penting dalam ide untuk peluang, Personal Sense berbicara tentang kedekatan ide dengan keseharian atau kemampuan dalam diri, Business Sense mengenal apa yang terjadi di pasar sekarang, Market Sense apa yang menjadikan produk kita berbeda dan harus dibeli atau digunakan, dan yang terakhir, Financial Sense kesadaran akan berapa modal dan biaya yang akan kita gunakan untuk usaha tersebut, setelah berhasil menemukan 3 ide yang akan kami jadikan produk nyata kami kembali rehat dan berjalan sekitar 500 meter di sebelah gereja untuk makan malam dan kami bersiap-siap untuk perjalanan panjang menggunakan kereta api menuju kota Banyuwangi, kembali kami mendapat kejutan ketika pukul 21.00 kami harus memulai kembali perjalanan panjang. Makan malam telah usai dan kami persiapkan barang bawaan dan mulai berjalan beriringan menuju Stasiun Gubeng yang jaraknya tidak terlalu jauh dari gereja GKI Ressud, sekitar 30 menit kami berjalan dan tiba di stasiun yang tidak terlalu padat oleh calon penumpang dan beberapa waktu kami di persilahkan memasuki ruang tunggu setelah kelengkapan identitas seperti KTP dan Ticket kereta diperiksa oleh petugas, tepat pukul 22.00 kereta Mutiara Timur Malam berangkat meninggalkan Surabaya menuju ujung timur pulau Jawa, Kota Banyuwangi.Esoknya pukul 04.25 kami tiba di  Stasiun Banyuwangi saat itu kami sudah melewati satu hari bersama dan berpindah ke angka ke 28 di bulan desember, setelah tiba dan keluar terminal kami dijemput oleh seorang wanita yang kira-kira berusia sekitar 30 an dengan perawakan sedikit subur dan tidak terlalu tinggi, beliau adalah Ibu Pdt. Diah seorang pendeta wanita di GKI Banyuwangi, setelah berkenalan dan sedikit berbincang kami dipersilahkan menaiki kendaraan yang sudah beliau siapkan untuk kami ke tujuan selanjutnya, mobil kijang tahun 90 an, angkutan kota berwarna kuning. 

Setelah tiba di tujuan kami "Villa Rikho Hangduwe" yang dalam bahasa Banyuwangi berarti "Punya Kamu", pemandangan disana yang cukup segar bagi penglihatan kami karena berada tepat dipinggir pantai dan mampu melihat pulau Bali di seberang villa dengan jelas dan kami bisa sejenak beristirahat sebelum kembali melewati pembelajaran di Sesi selanjutnya. Pukul 08.00 kami berkumpul dalam ruangan yang agak besar dan Pdt. Robby memulai sesi ketiga tentang analisis biaya banyak berbicara tentang bagaimana menggunakan modal dan member harga yang pantas pada produk.

Dalam sesi ketiga ini kami diajarkan menggunakan alat berupa Grafik Biaya Tetap, Grafik Biaya Variabel, hingga Rumus Kontribusi Margin. Hingga siang tiba kami makan siang bersama Mas Putra mahasiswa S2 pendidikan pertahanan Negara  di bogor yang sekaligus alumni eagle angkatan pertama, diruangan utama yang ada di Villa dengan pemandangan terbaik. 

Setelah makan kami kebali dalam sesi, kami belajar untuk tajam terhadap segmentase produk dan keunikan produk sehingga nantinya sebagai produk baru bisa bersaing dengan produk lain di pasar yang sangat luas dengan menggunakan gambar dan setelah itu membuat targeting yang jelas pada produk. Kepada siapa kita bisa yakin bahwa prosuk itu bisa dibutuhkan dan terjual dengan baik, hingga malam tiba kami masih sibuk memikirkan keunggulan produk, dan malam diakhiri dengan presentasi sebagai aplikasi dari seluruh materi yang kami dapatkan selama 2 hari, kami kembali istirahat seusai sehari penuh dengan materi dan teori.

29 Desember 2016 pukul 08.00 kami bangun dan menyantap hidangan untuk pertama kalinya di hari itu dan setelahnya bersiap check out dari villa untuk melakukan perjalanan selanjutnya yang entah kemana kami akan dibawa oleh para mentor, tapi dapat dijamin bahwa akan ada kejutan lagi setelah ini. Pukul 09.00 Mini Bus berwarna putih bertuliskan "Wonderfull Indonesia" datang menjemput kami dan kami berangkat menuju arah yang asing bagi kami, setelah sekitar 2 jam lamanya dalam perjalanan kami sampai di Taman Nasional Baluran di kota Situbondo. 

Pemandangan disana tidak kalah luar biasa keren dengan hamparan padang rumput yang sangat luas, sebelumnya saya hanya bisa melihat savanna hanya di National Geography yang berlatar di Afrika entah bagian mana namun kali ini saya merasa benar-benar berada di Afrika. Karena kemiripannya banyak orang juga menyebut Taman Nasional Baluran ini dengan sebutan Afrika-nya Indonesia, ditempat kami berdiri ada sekitar 9-10 tengkorak kerbau lengkap dengan tanduk mereka yang gagah meski sudah tak bernyawa dijadikan hiasan yang tertempel pada kayu, semacam hiasan pada interior rumah dan membuat tempat itu semakin menarik untuk menjadi spot foto. 

Tak hanya berselfie ria dan berlomba mengabadikan moment datang ke Afrika kami kembali masuk kedalam mobil dan melanjutkan perjalanan yang ternyata ada satu pantai bernama Baluran juga, kami melepas lelah dengan menyantap Nasi Tempong khas Banyuwangi dan Situbondo, untuk beberapa saat setelah kami mengisi perut yang kembali penuh kami jalan kearah hutan rimbun yang dipenuhi mangrove, melewati jembatan setapak yang panjang dan di sisi kiri kanan tampak mangrove yang tumbuh segar, rimbun dan terawat hingga kami sampai diujung jembatan dengan pemandangan para pemancing local sedang berlomba mendapatkan ikan tangkapan  mereka. 

Indera penglihat penglihatan kami sedang dimanjakan bertubi-tubi oleh pemandangan tiga ekosistem yang berbeda dalam satu tempat setelah kami suntuk dengan memikirkan produk kami di sesi-sesi sebelumnya, dan berakhirlah moment menyenangkan ini ketika senja sudah menunjukan keelokannya ditemani hujan yang turun tidak terlalu deras, kami melanjutkan perjalanan. Pukul 18.00 kami tiba disebuah bangunan yang tidak terlalu besar, terlihat sedikit tua namun kokoh berbentuk sedikit lancip keatas  dan dilengkapi rimbunan tanaman hias di pelatarannya yang membuatnya semakin segar, GKI Banyuwangi. 

Kami dipersilahkan untuk masuk dirumah yang berada di samping kiri gedung gereja dan kami bertemu kembali dengan Ibu Pdt. Diah yang ternyata rumah tersebut adalah Pastori tempat beliau tinggal, jalanan didepan begitu tenang meskipun tidak sepi dan disebrang ada beberapa warung berdinding bamboo yang katanya sering menjadi tempat nogkrong favorit muda-mudi di daerah tersebut. 

Kami disambut dengan makanan ringan khas banyuwangi, tahu walik dan beberapa gelas teh hangat, setelah itu kami dipersilahkan untuk menyegarkan diri dengan istirahat dan mandi, namun saya memilih untuk mengambil waktu santai saya sendiri dengan segelas kopi dan satu buku bacaan di warung depan gedung gereja dan pastori, sambil menikmati waktu santai saya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun