Mohon tunggu...
Ngomongin Seni dan Budaya
Ngomongin Seni dan Budaya Mohon Tunggu... Full Time Blogger - hai saya suka menulis puisi, menggambar, dan curhat.

Suka puisi, suka menggambar, suka kamu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Perjalanan Melintasi Dunia Puisi

30 September 2023   15:26 Diperbarui: 30 September 2023   15:29 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dulu, di deretan kelas dua SMP, kawan-kawan seangkatanku menyuguhkan dongeng-dongeng indah yang memikat hatiku. Mereka meracik sastra-sastra dalam percakapan, menorehkan kepenasaran dalam diriku. Maka, tergeraklah aku melangkah ke perpustakaan, menjelajahi gulungan-gulungan puisi yang menyentuh.

Meniti Jalan Puisi

Di perpustakaan, hikayat dan novel meresapi hatiku, sementara puisi-puisi tua menciptakan getaran mendalam. Dari sanalah, tumbuhlah cinta pada puisi, dunia tanpa batasan yang menghadirkan keindahan laksana coretan cerpen atau ruang bercerita dalam novel. Di sana, kiasan-kiasan memeluk berbagai emosi.

Puisi, sebuah cermin hati, tempat di mana aku bisa meluapkan kemarahan tanpa terlalu terang-terangan. Mereka membaca puisi, tanpa tahu bahwa setiap larik adalah serpihan amarahku yang tersembunyi. Bagi mereka, puisi adalah keindahan sastra yang bisa diartikan dengan banyak cara.

Kredit: uwanurwan.com
Kredit: uwanurwan.com


Waktu itu, aku terhanyut dalam ratusan puisi. Ambisiku berkembang, menginginkan diriku menjadi seorang penyair besar yang diakui dunia, menciptakan mahakarya bukan hanya untuk pengakuan, melainkan sebagai warisan yang besar. Itulah mengapa aku rajin menggurat puisi. Namun, rasa ragu sering mengintai, meragukan keindahan tulisanku di antara karya orang lain.

Perjalanan yang Tak Selalu Lancar
Perlombaan puisi selalu menjadi tantangan berat. Di SMA, SMP, bahkan kuliah, aku mengikuti lomba tanpa henti, hanya meraih kemenangan sekali di antara sejuta kegagalan.

Pahitnya menerima kekalahan muncul di SMA, ketika aku berkolaborasi untuk lomba menulis puisi. Meskipun guru bahasa memuji karyaku, kebahagiaan berubah menjadi kekecewaan saat satu nama disebut sebagai pemenang, bukan namaku. Kecewa, bukan karena kalah, melainkan impian yang tak kesampaian, diabaikan di antara karya pemenang lainnya.

Meski begitu, aku melanjutkan. Kemenangan satu-satunya di tingkat fakultas kuliah menjadi kebahagiaan. Namun, setelah itu, kegagalan melingkupiku. Aku menyadari bahwa mungkin yang menang bukanlah yang terbaik, tetapi mungkin aku hanya beruntung.

Tetap Berada dalam Dunia Puisi hingga Menciptakan Kumpulan Puisi Sendiri
Meski intensitasnya berkurang, aku tak pernah berhenti menulis puisi. Terkadang sulit menemukan inspirasi, tapi aku tetap berjuang. Dunia puisi adalah bagian tak terpisahkan dariku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun