Ketika ditugaskan ke Kota Serang, Banten, saya tidak menyangka akan menjadi bagian dari kelompok angker, angkutan kereta. Transportasi umum ini benar-benar membuat perjalanan pulang dan pergi terasa menyenangkan, lancar, tepat waktu, dan aman.
Delapan tahun saya meninggalkan Pulau Jawa dan menjalani kehidupan di Kalimantan. Selama bermukim di sana, saya kerap merindukan kereta api. Ingin mendengar bunyi peluitnya yang khas, menikmati keriuhan para penumpang, pergi ke stasiun untuk membeli tiket kereta api, dan hal-hal remeh lain yang masih terekam diingatan.
Selama masa-masa penuh rindu itu, tidak ada yang bisa saya lakukan selain melihat perubahannya melalui gawai.Â
Membaca berita tentang perubahan yang terjadi, tentang gerbong-gerbong kereta yang semakin nyaman, tata cara pembelian tiket yang dilakukan secara online, hingga waktu tunggu keberangkatan yang sudah ditentukan. Wow, akankah saya dapat merasakan dan menikmati perubahannya?Â
Tidak ada yang menyangka kalau semua rasa yang saya simpan itu bisa terwujud. Perubahan lokasi kerja ternyata mengantarkan saya untuk mewujudkan semua rasa penasaran pada kereta api. Ya, saya kini bisa menggunakan kuda besi sebagai alat transportasi menuju wilayah tugas.
Tidak Perlu Antre
Namanya baru datang ke Jakarta, tentu saja saya mengalami banyak sekali kekagetan saat ingin menggunakan kereta api. Saya ingat, pertama kali saya menaiki kereta commuter line menuju kantor pusat di Jakarta Selatan.Â
Saya sadar pasti cara pembelian tiketnya tidak sama dengan dulu. Dahulu untuk mendapat tiket harus antre di loket. Agar tidak salah, malam hari sebelum pergi, saya minta diajari cara baik kereta api pada anak sulung.
Prosesnya ternyata mudah. Asalkan memiliki kartu uang elektronik, saya sudah bisa masuk ke stasiun setelah terlebih dahulu men-tab kartu di pintu masuk. Si sulung justru berpesan agar saya memerhatikan tujuan kereta api dan letak peron di Stasiun Manggarai supaya tidak tersasar.
Lucunya, saya tidak terlalu menghiraukan pesan tersebut. Dalam hati, nanti di Stasiun Manggarai saya bisa berpindah peron dengan mudah. Tinggal menyeberangi rel saja, seperti dulu. Ternyata perkiraan saya salah besar.Â
Saya seperti orang kebingungan di tengah para penumpang yang berjalan cepat menuju peron. Ada yang bergegas ke bawah, ada juga yang menaiki eskalator untuk mencapai peron atas.Â
Wow, perubahan yang besar. Betapa cepat Stasiun Manggarai bertumbuh menjadi stasiun transit. Setelah membaca petunjuk letak peron, saya berhasil menuju peron 1 dan 2 lalu menunggu kereta ke Stasiun Sudirman. Sejak saat itu saya resmi menjadi anggota Angker, anak kereta. Kereta yang ditumpangi pun tidak hanya commuter line tapi bertambah dengan kereta lokal Merak.
Aplikasi KAI Acces
Perihal naik commuter line, saya sudah tidak mengalami masalah yang berarti, sudah jago. Tetapi ketika harus naik kereta api lokal, saya kembali harus belajar. Bagaimana tidak, ternyata untuk naik kereta api lokal seorang penumpang harus memiliki tiket. Pembeliannya dilakukan secara online melalui aplikasi KAI Acces.Â
Semua informasi itu baru saya ketahui di angkutan umum. Itu pun setelah ikut ngobrol dengan penumpang yang akan pulang ke Kota Serang. Ya ampun, betapa rapi dan tertatanya kereta api saat ini. Perubahan ini terjadi di bawah kepemimpinan Didiek Hartantyo. Pembelian kereta secara online tentu saja memudahkan penumpang. Tidak ada lagi antre atau rebutan saat membeli tiket kereta.
Lantas bagaimana dengan saya yang tidak memiliki tiket kereta lokal Merak? apakah bisa naik juga?Â
Ya, saya bisa naik keretanya berkat kemurahan hati pasangan muda yang saya jumpai di angkutan umum. Mereka memberikan satu tiketnya karena salah satu keluarganya tidak jadi pulang. Saya bersyukur sekali. Bersama-sama kami menuju Stasiun Rangkas Bitung untuk berganti kereta lokal.Â
Lagi-lagi saya mendapat kejutan. Meski telah memegang tiket, tidak ada penumpang yang masuk ke ruang tunggu dengan seenaknya. Semua harus sabar menunggu hingga waktunya tiba.Â
Jadi seperti naik pesawat saja, penumpang harus menunggu di ruang boarding. Â Di ruangan itu tidak ada pengantar atau penjemput, hanya calon penumpang yang akan naik kereta. Seketika saya merasa takjub. Perubahannya benar-benar patut diacungkan jempol.
Tertidur Lelap
Selepas menaiki kereta api lokal dan memasang aplikasi KAI Acces di gawai, saya menjadi mudah melakukan perjalanan, menuju atau meninggalkan tempat tugas. Biasanya dua hari sebelum pergi, saya sudah membeli tiket kereta api. Nanti tiket digital ini akan saya tunjukan untuk di pindai petugas.
Namanya pekerja, tentu rasa lelah menjadi sahabat. Setiap kali menaki kereta, pikiran saya sudah memberi isyarat untuk beristirahat. Sinyal ini tidak bisa dibantah. Begitu masuk ke kereta dan duduk di bangku sesuai nomor yang tertera di tiket, kelopak mata pelan-pelan menutup. Embusan angin dari pendingin udara membuat saya segera terlelap.Â
Mata baru akan terbuka ketika kereta mau memasuki Stasiun Rangkas Bitung. Jika lelah masih terasa, saya bisa melanjutkan istirahat di commuter line. Saya bisa menikmati perjalanan tersebut karena merasa aman berkat kehadiran petugas keamanan.
Para petugas juga sigap membantu penumpang yang mengalami kesulitan. Entah berapa kali saya mendapati petugas membantu penumpang naik kereta api dengan menggunakan kursi roda. Nanti akan ada petugas lain yang menjemput penumpang di stasiun tujuannya. Sikap tersebut secara tidak langsung mengajak masyarakat untuk mendidiek jadi lebih baik dalam bersikap dengan sesama.Â
Ah, kemajuan Kereta Api Indonesia ternyata tidak hanya berupa fisik semata, tetapi juga merambah ke hal yang tak kasat mata tapi sangat mengena yaitu pelayanan. Sebagai pengguna kereta api tentu saya sangat mengapresiai segala sesuatu yang telah dicapai.Â
Saya juga berharap Kereta Api Indonesia semakin berkembang, menambah jumlah rangkaian kereta, menghidupkan jalur-jalur lama, menambah jam operasional kereta api, dan meningkatkan pelatihan untuk para petugas kereta api agar semakin bersinar. Teruslah melaju dengan cepat dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI