Menuliskan kembali
Akan jalan cinta yang hakiki
Akan hidup yang hany se ujung kuku waktunya
Akan hari berganti hari yang tersia-sia
Akan jeritan nurani yang ingin menapaki jalan kemaslahatan
Namun sunyi senyap karna kesilauan
Dunia begitu menghipnotis jiwa
Yang jeritnya hanya mampu diucapkan oleh penghuni langit.
Sejenak kutulis dan membaca kembali
Puisi ini....
'Kalau engkau tak mampu menjadi beringin
Yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,
Yang tumbuh di tepi danau
Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,
Jadilah rumput, tetapi rumput yang
memperkuat tanggul di pinggir jalan
Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya
Jadilah saja jalan kecil,
Tetapi jalan setapak yang
Membawa orang ke mata air
Tidaklah semua menjadi kapten
Tentu harus ada awak kapalnya..
Bukan besar kecilnya tugas
Yang menjadikan tinggi rendahnya nilai dirimu
Jadilah saja dirimu..
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri' (Inspirasi sajak "kerendahan hati" Taufik Ismail)
Moment yang beradu rasa yang akbar
Saat bersumpah...
Darah dan Ruh bersatu ..
Berputar di atas semesta
Maka tepatilah..
Tiap janji...
Karna itu simbol siapa diri pada jejak hidup ini.