Mohon tunggu...
USMAN HERMAWAN
USMAN HERMAWAN Mohon Tunggu... Guru - Belajar untuk menjadi bagian dari penyebar kebaikan

BEKAS ORANG GANTENG, Tangerang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Peristiwa di Akhir Tahun

10 Januari 2024   00:56 Diperbarui: 26 Januari 2024   05:23 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Dokpri penulis

Usai salat magrib aku fokus berdoa, semoga dompetku ditemukan oleh orang baik dan ada yang mengembalikan. Ketika itu aku ingat kejadian lebih dari tiga puluh tahun lalu semasa aku sekolah. Seorang saudara, bernama Uta, memberikan dompet berisi kartu anggota Kopassandha (Komando Pasukan Sandhi Yudha) Taktakan Serang, Banten. Namanya aku lupa. Dompet itu ditemukan Uta di bus sepulang dia dari Citayem, Bogor. Selanjutnya aku kirim ke alamatnya melalui kantor pos Tangerang Kota. Berselang sepekan ada balasan ucapan terima kasih dari yang bersangkutan, tanpa imbalan apa pun. Dalam doa aku meminta agar dompetku ada yang mengembalikan, seperti dompet milik tentara tersebut.

Kendati kehilangan dompet itu sebagai musibah kecil, tapi terasa ada segumpal pilu dalam diri. Kupandangi sepeda motorku, jatuhlah nilainya jika tanpa STNK. Terlebih sepeda motor itu telah kuiklankan di marketplace untuk kujual karena ingin ganti dengan sepeda motor jenis lain.

Info bahwa aku kehilangan dompet telah kukirim di grup WA dan di fesbuk. Teman-teman mendoakan semoga lekas ketemu. Aku berhitung, mulai dari melapor ke polisi, mengurus blokir ATM dan membuat yang baru, mencetak KTP baru, mengurus SIM A dan C, STNK baru beserta nota pajaknya, dan membeli dompet baru, semua perlu biaya dan amat merepotkan.  

Malam tahun baru bakda isya. Suara musik dan nyanyian dengan keras terdengar dari dua arah yang berlawanan. Bunyi terompet bersahutan di kejauhan  Dalam jarak sepuluh meter tetangga berkumpul memanggang ikan. Kami sekeluarga memilih merebah di kasur sambil memperhatikan layar ponsel masing-masing sebagai pengantar tidur. Tanpa diduga, tiba-tiba terdengar ucapan salam dari luar. Kubuka pintu. Ada dua pemuda yang datang. Aku tak kenal dengan mereka.

"Betul ini bapak rumah Usman?" Tatapannya penuh selidik.

"Saya sendiri. Dompet?" Langsung aku tebak.

"Dompet ada."

"Alhamdulillah."

"Saya sudah mutar sana-sini, dua ratusan orang saya tanya gak ada yang tahu. Terakhir saya tanya anak muda, saya diarahkan ke sini. Akhirnya ketemu juga."

"Luar biasa yah."

Kami berkenalan dan membangun keakraban. Mereka Sopian dari Rangkasbitung, dan Hasan dari Indramayu. Keduanya tinggal di Kelapa Dua, sekira tiga kilometer ke timur laut dari rumhku. Menurut pengakuannya, Sopian bekerja di bengkel merangkap tempat pencucian mobil, sedangkan Hasan aku lupa menanyakannya. Aku mengira mereka yang menemukan dompetku, ternyata bukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun