Mohon tunggu...
Usep Saeful Kamal
Usep Saeful Kamal Mohon Tunggu... Human Resources - Mengalir seperti air

Peminat masalah sosial, politik dan keagamaan. Tinggal di Depok.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aa Uman, Ayah Ideologis dan Guru Rohani (Bagian II)

29 Juli 2020   22:54 Diperbarui: 29 Juli 2020   22:44 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena perlakukan beliau kepada saya dan sahabat lain tak ubahnya seperti terhadap anak sendiri, begitupun sebaliknya saya pun menganggap beliau sebagai ayah sendiri. Dalam beberapa kesempatan saya menjadi tidak sungkan untuk mengutarakan dan berkonsultasi terkait persoalan peribadi, sekaligus meminta saran terkait masa depan yang akan saya jalani.

Hubungan kami semakin tidak ada jarak, saking dekatnya ketika saya mengalami "putus cinta" saat menjelang lengser dari ketua PC PMII beliaulah yang menguatkan dan mensupport saya bahwa soal jodo, pati, bagja, cilaka itu urusan Allah. "Kawas anu teu boga Allah wae (kayak yang tidak punya Tuhan saja)", kalimat itulah yang selalu terungkap dari mulut beliau tatkala saya megalami problem pribadi.

Berlanjut pada saat saya hendak mengahiri masa lajang pada tahun 2009, sebelum nikah. Tanpa sungkan saya memohon restu dan dido'akan terkait rencana pernikahan itu ke Sangkali, terlebih status saya sebagai "pengangguran".

Kehadiran beliau bersama teteh pada resepsi pernikahan kami, menguatkan saya bahwa urusan rezeki bukan kita yang ngatur, tetapi mutlak Allahlah yang memiliki otoritas itu. Ada perkataan beliau yang masih terngiang ditelinga saya hingga kini: "Geus kawin mah rezeki the bakal dibere dobel (bila sudah menikah rezeki yang Allah berikan akan berlipat".

Tidak hanya itu, saya diajarkan beliau untuk senantiasa merawat hubungan dengan kawan seiring meskipun tak jarang diluputi perbedaan pandangan. Beliau pula mengajarkan untuk senantiasa memberikan peluang dan kesempatan yang sama kepada sesama pengurus cabang, pengurus komisariat dan kader PMII untuk memanfaatkan segala potensinya.

Obrolan Aa Uman tentang Pondok Pesantren Suryalaya tadi yang menguatkan saya untuk mendirikan Komisariat PMII di Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyyah (IAILM) Suryalaya. Sebelum saya melakukan rencana itu, terlebih dahulu meminta restu beliau.

Sekali lagi, tidak hanya urusan pribadi, urusan organisasi pun beliau sangat terbuka dan senantiasa memberikan motivasi sehingga memunculkan optimisme. Selama saya menjalankan kepemimpinan di PC PMII Kab. Tasikmalaya, selama itulah saya senantiasa dibimbing beliau layaknya ayah kepada anaknya.

Guru Rohani

Dalam aspek rohani, beliau tidak pernah berhenti mengamantkan pentingnya menjalani fase kehidupan syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat. Tak jarang dalam menjelaskannya pun beliau selalu menuliskannya pada secarik kertas. Imu yang saya dapatkan diantaranya kedalaman makna kalimat basmalah.

Daiwali dengan menuliskan kalimat Basmalah, lalu beliau membahsnya dengan detail bahwa dalam kalimat itu tersirat makna syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat. Mulai dari huruf ba lafadz Bismi hingga mim lafadz Arrahimi.

Menurutnya, huruf Ba disitu mengandung makna niat dari proses syariat. Segala prilaku kehidupan itu harus ditujukan kepada niat mencari ridlo Allah setelah lafadz Ismi. Disitulah ruang tarekat yang berujung kepada mewujudkan sifat Rahman dan Rahim Allah dalam kehidupan sehari-hari dalam ruang, situasi dan kondisi apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun