Pemilu 2014 dan 2019 saya memilih Prabowo. Dalam pandangan saya, sangat jauh apa yang ada dalam diri Prabowo kalau dibandingkan dengan rivalnya, Joko Widodo alias Jokowi.
Namun, pandangan saya mulai kabur saat Prabowo melebur dengan Jokowi, dengan menjadi pembantunya.
Jadi, di pemilu 2024 saya tidak lagi memilihnya. Apalagi saat itu ada Anies Baswedan, sosok yang saya pandang lebih pantas untuk memimpin negeri dengan penduduk seperempat juta lebih ini.
Saat hasil pemilu memenangkan Prabowo, mau tidak mau saya menaruh harapan padanya, kondisi negara akan lebih baik dibanding sepuluh tahun terakhir, atau di dua periode pemerintahan Jokowi. Walaupun, harapan itu bagai menggantang asap.
Banyak faktornya. Ada Gibran, yang menunjukkan bahwa Jokowi masih punya pengaruh. Lalu, ada beberapa menteri era Jokowi yang masih menjabat.
Tapi harapan saya pun bukan tanpa dasar. Saya menaruh harapan, atau masih percaya, Prabowo punya keinginan tulus untuk mensejahterakan rakyat kalau dia menjadi presiden.
Tidak 'kapok' walaupun sudah kalah dua kali berturut-turut, plus dia bukan orang yang terlihat berambisi mengais kekayaan melalui jabatan. Alasan itulah di antaranya yang menjadi dasar kepercayaan saya pada Prabowo.
Kepercayaan saya semakin besar saat Prabowo terbaca mulai melepaskan diri dari pengaruh Jokowi. Reshuffle kabinet contohnya.
Tapi tidak lama. Tingkat kepercayaan itu turun drastis, dan makin menguatkan bahwa Prabowo masih di bawah bayang-bayang Jokowi. Momennya adalah saat HUT Gerindra, 15 Februari 2025 lalu.
Saat itu, saat menyampaikan orasinya, di hadapan seluruh fungsionaris dan kader Gerindra, Prabowo meneriakkan 'hidup Jokowi'. Bahkan kemudian pekikan 'hidup Jokowi' itu disambut oleh para kader Gerindra dengan menyanyikan 'terima kasih Jokowi'. Prabowo pun terlihat turut bernyanyi.
Jadi, kalau diibaratkan, bagai roller coaster kepercayaan dan harapan saya pada Prabowo itu. Kadang naik kadang turun.
Tapi di sebulan terakhir ini, kepercayaan saya sedang naik lagi. Salah satu alasannya adalah reshuffle kabinet terakhir. Saat Prabowo mengganti Menteri Keuangan, Sri Mulyani, dengan sosok yang tidak banyak dikenal publik, Purbaya Yudhi Sadewa. Setidaknya tidak dikenal sebagai politisi.
Rupanya Prabowo belajar dari - atau mengikuti yang dilakukan - PKS, menunjuk seorang profesional untuk jabatan menteri.
Saat berpidato di acara Musyawarah Nasional (Munas) VI PKS, 29 September 2025, Prabowo mengatakan bahwa Yassierli yang seorang professor dari Institut Teknologi Bandung (ITB) masuk ke dalam kabinet setelah diusulkan oleh PKS. Prabowo tak mengira PKS mengusulkan nama tersebut, dan itu membuatnya terkesan.
Entah kebetulan atau tidak, Menkeu Purbaya pun alumni ITB.
Dan, di saat kepercayaan saya sedang tinggi ini, semakin naik lagi melihat gebrakan yang dilakukan oleh Menkeu baru ini.
Baru satu bulan menjabat sebagai Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa telah meluncurkan serangkaian kebijakan dan pernyataan yang memicu perdebatan.
Salah satu gebrakan terbaru Purbaya yang paling mencolok adalah keengganan untuk menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk membayar utang proyek Kereta Cepat Whoosh yang dioperasikan oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
Purbaya secara tegas menyatakan bahwa tanggung jawab utang KCIC seharusnya dikelola oleh Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara Indonesia.
Pernyataan ini menambah daftar panjang gebrakan yang telah dibuatnya dalam waktu singkat.
Berikut adalah rincian kebijakan dan langkah strategis yang sudah dilakukannya:
1. Menggelontorkan Dana Pemerintah Rp200 Triliun ke Bank Himbara
2. Menunda Pajak Belanja Online
3. Mendorong Peningkatan Minat Sektor Properti
4. Memberi Peringatan Keras terhadap Pemerasan Wajib Pajak
5. Tidak Menaikkan Cukai Rokok untuk Tahun 2026
6. Membenahi Coretax dengan Ahli Internasional
7. Menarik Kembali Dana Modal Bergulir (MBG) yang Tak Terserap
8. Mendorong Percepatan Pembangunan Kilang Minyak
9. Mengambil Alih Koordinasi Pajak dan Bea Cukai
10. Melanjutkan pemotongan tambahan kinerja daerah (TKD)
11. Menegaskan dukungan penuh ke pasar modal
Semoga saja gebrakan-gebrakan tersebut bukan hanya semangat di awal, lalu melempem masuk angin.
Dan Saya percaya, Purbaya dengan gebrakannya itu betul-betul satu visi dengan Presiden Prabowo untuk mensejahterakan rakyat.
Dan saya percaya pada kualitas Purbaya. Kualitas yang menjadi alasan Prabowo menunjuknya untuk menggantikan Sri Mulyani.
Dan saya berharap, tidak ada lagi tindakan presiden Prabowo yang akan menurunkan tingkat kepercayaan saya.
Semoga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI