Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berkata (Menulis) yang Baik atau Diam

18 April 2025   09:57 Diperbarui: 18 April 2025   09:57 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menulis atau hapus? / sumber: eventmenulisnasionalcom


"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam."

Kalimat di atas adalah hadis (perkataan Rasulullah) yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Hadis tersebut menjadi salah satu pedoman hidup bagi seorang muslim.

Dalam era digital yang serba cepat ini, di mana informasi menyebar dengan begitu mudah, pesan hadis tersebut semakin relevan. Setiap kata yang kita ucapkan memiliki kekuatan yang dahsyat, baik untuk membangun atau meruntuhkan.

Lisan: Senjata Tajam atau Permata Berharga

Lisan kita ibarat pedang bermata dua. Jika digunakan dengan bijak, ia akan menjadi alat untuk menyebarkan kebaikan, inspirasi, dan persatuan. Sebaliknya, jika digunakan sembarangan, ia dapat melukai hati orang lain, merusak hubungan, bahkan menghancurkan hidup.

Oleh karena itu, kita perlu senantiasa berhati-hati saat berbicara. Biasakanlah untuk selalu berpikir sebelum berbicara. Renungkan dampak dari setiap kata yang akan kita ucapkan. Apakah kata-kata itu akan membawa manfaat atau justru mudarat?

Diam Itu Emas

Dalam banyak situasi, diam adalah pilihan terbaik. Diam dapat mencegah kita dari mengucapkan kata-kata yang menyakitkan, fitnah, atau ghibah.

Imam Ali bin Abi Thalib pernah berkata, "Hendaklah engkau lebih banyak diam, sebab diam dapat menyingkirkan setan dan menolongmu terhadap urusan agamamu."

Berkata Baik: Investasi Akhirat

Dalam hadis di atas, berkata baik dihubungkan dengan iman kepada hari akhir. Ini berarti berkata baik adalah investasi terbaik yang dapat kita lakukan untuk kehidupan kita kelak.

Setiap kebaikan yang kita ucapkan akan menjadi amal jariyah yang terus mengalir meskipun kita telah tiada.

Rasulullah SAW bersabda, "Sedekah paling utama adalah memberi makan orang lapar, mengucapkan kata-kata yang baik kepada orang yang sedih, dan memudahkan urusan orang yang sulit." (HR. Bukhari).

Setiap hari, luangkan waktu sejenak untuk merenungkan kata-kata positif yang dapat kita ucapkan kepada orang lain. Misalnya, ucapan terima kasih, pujian, atau kata-kata semangat.

Menjaga Lisan: Kunci Ketenangan Hati

Menjaga lisan adalah kunci untuk meraih ketenangan hati. Ketika kita berbicara dengan baik, hati kita akan merasa tentram dan lapang.

Hindari gosip dan berita bohong. Jika ada informasi yang tidak pasti, lebih baik diam daripada menyebarkannya.

Di Era Digital, Tulisan Adalah Lisan

Hadis yang mengajarkan kita untuk berkata baik atau diam semakin relevan di era digital saat ini. Tulisan kita di media sosial, baik itu di platform media sosial, blog, atau forum online, sejatinya adalah perpanjangan dari lisan kita. Setiap kata yang kita tulis memiliki potensi untuk dibaca oleh banyak orang dan dapat meninggalkan jejak yang abadi.

Oleh karena itu, kita perlu bijak dalam memilih kata-kata yang akan kita tulis. Sama seperti kita perlu berhati-hati dalam berbicara, kita juga perlu berhati-hati dalam menulis.

Sebelum menekan tombol "posting", bacalah kembali tulisan kita. Apakah tulisan kita bermanfaat, inspiratif, dan membangun? Atau justru sebaliknya, tulisan kita mengandung unsur kebencian, fitnah, atau hoaks?

Sebagai kesimpulan, hadis tentang berkata baik atau diam adalah pedoman hidup yang sangat relevan untuk semua zaman, termasuk di era digital saat ini. Dengan menerapkan pesan hadis ini, kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik, membangun hubungan yang positif dengan orang lain, dan memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat.

Mari kita jadikan tulisan kita sebagai sarana untuk menyebarkan kebaikan dan meraih ridha Allah SWT.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun