Mohon tunggu...
Urang Cibaduyut
Urang Cibaduyut Mohon Tunggu... -

Urang Cibaduyut

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Berkenalan dengan Dunia Publikasi

21 Februari 2016   09:45 Diperbarui: 19 Desember 2016   21:29 4223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

H. Jurnal Abal-abal

Namun, oleh pihak tertentu publikasi dipandang sebagai lahan bisnis semata terutama setelah banyak pemangku kebijakan menetapkan publikasi internasional sebagai salah satu syarat untuk promosi. Inilah yang oleh Dr. Jeffrey Beall disebut Predatory Journals/Publishers atau oleh Dr. Bambang Sumintono disebut “Jurnal Abal-abal” dan beliau-beliau mengingatkan para author untuk berhati-hati terhadap tipu daya mereka. Untuk mengecek indikasinya, periksalah nama mereka. Link-7.

Meskipun dari sisi gelap, kehadiran para predator ini justru dimanfaatkan oleh sebagian author sebagai jalan pintas untuk publikasi paper yang kurang bermutu namun masih bisa diakui untuk promosi. “Anda bayar kami publish, dan anda pun naik pangkat!”

Dan ternyata, ketika pemangku kebijakan melihat kelemahan ini dan menaikkan standar kualitas publikasi dengan meminjam indeks Scopus sebagai acuan, ada yang memberikan resistensinya, contohnya pada gambar 4 berikut.

 

Gambar 4: Screenshot contoh opini penolakan terhadap penggunaan Scopus sebagai acuan kualitas publikasi.

I. Jurnal Internasional Dalam Negeri

Dan jangan lupa, banyak jurnal dalam negeri yang sudah berkaliber internasional dan terindeks, seperti jurnal asuhan Dr. Tole Sutikno, Indonesian Journal of Electrical Engineering and Computer Science yang terindeks di Scopus, EBSCO, DOAJ, dll. Link-8.

 

Gambar 5: Screenshot website jurnal IJEECS sebelumnya dikenal sebagai Telkomnika. “Semoga jurnal ini terus berjaya!”

J. Penutup

“Motivasi saya, sebuah publikasi akan terus eksis melebihi usia kita dan dibaca oleh generasi kemudian, termasuk mungkin anak cucu kita. Kita warisi mereka dengan ilmu pengetahuan melalui publikasi yang bermutu. Karir kita terbantu, nama bangsa pun terangkat!" (Tentu saja publikasinya bukan di jurnal abal-abal).

Terakhir, saya ingin mengingatkan bahwa ketika paper kita diterima dan siap dipublish oleh non-open access publisher, mereka akan meminta legal consent kita untuk bersetuju menyerahkan copyright kepada mereka (copyright transfer agreement). Artinya legally kita tidak berhak menyebarkan published version paper kita tanpa seizin mereka, seperti memajang downloadable pdf file-nya di website kita atau di ResearchGate. Namum, umumnya didalam agreement itu, author masih diperbolehkan berbagi kepada yang meminta papernya selama untuk tujuan pendidikan. Link-9.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun