Mohon tunggu...
Unu Nurahman
Unu Nurahman Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 Leuwimunding Kabupaten Majalengka dan Dosen Fakultas Ilmu Budaya Prodi Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Sebelas April Sumedang

Guru Penggerak Angkatan 2 Pengajar Praktik PGP Angkatan 6 dan 9 Sie, Humas Komunitas Guru Penggerak Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketika Jenderal Kopassus Memimpin TNI (Sebuah Tinjauan Diakronik)

17 Desember 2021   15:26 Diperbarui: 8 April 2024   11:47 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Leonardus Benyamin Moerdani atau lebih dikenal dengan Benny Moerdani merintis karir militernya pada tahun 1954 sebagai pelatih Korps Komando Angkatan Darat (KKAD). Dua tahun kemudian KKAD berubah menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). 

Pengangkatan Jenderal Moerdani menjadi Panglima ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)  oleh Presiden Soeharto pada tanggal 28 Maret 1983 menimbulkan kontroversi mengingat dia belum pernah menjadi Panglima Teritorial. 

Hampir sebagai besar karir Moerdani di bidang intelijen. Jabatan komandan pasukan yang berhasil diraihnya yaitu sebagai Danyon I RPKAD yang diinfiltrasikan ke Papua semasa Trikora.

Seperti yang disampaikan oleh Julius Pour dalam Tragedi Seorang Loyalis (2007:17), pada tahun 1985, Jenderal LB Moerdani melakukan perampingan TNI dengan menghapus Kowilhan (Komando Wilayah Pertahanan) yang dibentuk tahun 1969 sebagai suatu komando teritorial untuk pembinaan dan operasional pertahanan dan keamanan yang pada prinsipnya membawahi beberapa Kodam, Kodaeral, Kodau dan juga Komdak/Kodak, yakni pada saat Polri masih berada di dalam ABRI. Jenderal Moerdani mengubah sistem komando daerah untuk Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. 

Komando Daerah Militer (Kodam) dikurangi dari enam belas menjadi sepuluh, delapan Komando Daerah Angkatan Laut (Kodaeral) dirampingkan menjadi dua Komando Armada, dan delapan Komando Daerah Angkatan Udara (Kodau) sama-sama dirampingkan menjadi dua Komando Operasi. Di tubuh Kopassus sendiri, Brigif 3 Linud berubah status menjadi Brigif 3 Linud /Kostrad.

Back to Basic versi Jenderal Edi Sudrajat

Edi Sudrajat menyelesaikan pendidikan militernya di Akademi Militer pada 1960 sebagai lulusan terbaik dan kemudian diangkat sebagai komandan peleton dalam Batalyon 515 di Jember. 

Setelah itu, dia bergabung dengan RPKAD sebagai Danki Batalyon 1 yang dipimpin oleh Mayor LB Moerdani. Pada 2 februari 1988, Jenderal Edi Sudrajat diangkat sebagai KSAD (Kepala Staf Angkatan Darat) ke-16 mengantikan Jenderal Try Sutrisno yang diangkat menjadi Panglima ABRI.

Hal terpenting di masa kepemimpinan Jenderal Edi Sudrajat adalah diserukannya  gerakan Back to Basic atau "kembali ke barak" bagi tentara. Ini bermakna tentara harus mulai meninggalkan bisnis militernya dan benar-benar berkonsentrasi pada tugas-tugasnya sebagai garda bangsa yang profesional.

Menurut Budi Susanto & Made Tony Supriatma dalam ABRI: Siasat Kebudayaan 1945-1995 (1995:40) Jenderal Edi Sudrajat sendiri mengatakan Back to Basic (yang disingkat "betebe") adalah meningkatkan dan memelihara kemampuan profesional perorangan prajurit sekaligus meningkatkan mutu dan sikap kejuangan. 

Ketika menjadi KSAD, Jenderal Edi Sudrajat diangkat menjadi Panglima ABRI pada 19 Februari 1993 dan Menteri Pertahanan dan Keamanan (Menhankam) pada 17 Maret 1993. Pertama kali dalam sejarah Indonesia, seorang jenderal merangkap 3 jabatan pada saat yang bersamaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun