Mohon tunggu...
Untung Wardoyo
Untung Wardoyo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku Tirulah Kehidupan Lebah ~ Penggagas SBILO (Sistim Bisnis & Investasi Lebah Orbit) ~ Pendiri gerai SBILO ( https://gsbilo.blogspot.com )

Lahir di kota Bogor 1970. Selulus dari SMAN 2 Bogor tahun 1989, beruntung ia bisa langsung bekerja di sebuah BUMN bidang jasa transportasi udara. Namun ketika perusahaan tempatnya bekerja mengalami krisis finansial dan menawarkan kesempatan pensiun dini pada seluruh karyawannya, ia memutuskan undur diri mengikuti program tersebut. Akhirnya sejak Jan' 2007 hingga kini, ia tekuni profesi barunya sebagai Penulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berbagi Kebahagiaan

4 Desember 2020   09:17 Diperbarui: 4 Desember 2020   09:38 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang sering mengidentikkan kepuasan adalah kebahagiaan. Padahal terdapat perbedaan yang membatasi diantara keduanya. Barang siapa mampu memahami hal tersebut, niscaya dirinya tidak lagi mudah diperbudak oleh pernak pernik duniawi.

Cermatilah...!

     “Suatu hari ada seseorang yang tampaknya terlihat PUAS sekali, karena dendam kesumatnya tersalurkan saat ia melihat musuhnya mati terkapar di hadapannya. Pertanyaannya, apakah si Pembunuh itu tengah merasa BAHAGIA?”
     “Bukankah BAHAGIA perasaan tenang - tenteram - damai?
     “Faktanya..., kenapa si Pembunuh itu justru gelisah, cemas, galau, resah, was-was, khawatir, takut apabila perbuatannya diketahui orang lain?”
     “Mungkinkah si Pembunuh itu dikatakan sebagai orang yang BAHAGIA, sementara hatinya diliputi kegelisahan, rasa was-was, kecemasan, keresahan?”
     “Tidak mungkin...!”
     “Namun di lain waktu si Pembunuh sadis itu terlihat menitikkan air mata. Ia merasa bahagia karena berhasil menyelamatkan seorang nenek tua yang hampir mati dibunuh sekawanan Perampok.”

Dari perumpamaan itu menjadi jelas. Perasaan puas dan bahagia tentu dapat (berhak) dinikmati oleh siapapun. Tidak peduli apakah orang itu hidup di dunia putih atau pun di dunia hitam. Tetapi agaknya, bahagia tidak mungkin diperoleh dengan cara-cara kotor. Sudah menjadi ketentuan-Nya:

BAHAGIA hanya dapat dinikmati melalui cara-cara yang bersih

Usah berharap hidup BAHAGIA jika seseorang masih menempuh cara-cara kotor. Rumah indah tidak menjamin penghuninya menikmati keindahan bilamana lantai yang dipijaknya kotor.

Mari gali lebih dalam...! 

Sampai dengan saat ini, jika Febri harus membayangkan kejadian 10 tahun yang lalu, ia masih ingat benar serta dapat merasakan bagaimana rasanya menunggu kelahiran buah hatinya pertama kali di rumah sakit malam itu. Ada was-was, cemas, gelisah, takut dan sebagainya.


Dalam sedetik saja ia merasakan perasaan-perasaan tidak menentu itu muncul secara bersamaan dan menghantui. Pikirnya apakah proses persalinan nanti berjalan lancar, atau tidak? Apakah istri dan anaknya akan selamat, atau tidak? Apakah anak yang terlahir nanti keadaan fisiknya akan sempurna, atau tidak? Atau sebaliknya?

Saat terlintas pikiran semacam itu, kontan debar di dadanya berdetak lebih keras. Perasaan khawatir, was was, bingung, cemasnya semakin memuncak. Sampai-sampai percaya diri yang biasanya ia miliki, terhempas akibat ketegangan yang dirasakan. Ketika mengalami hal itu, tidak ada lagi pikiran anaknya yang terlahir nanti apakah laki-laki atau perempuan lagi. Yang penting mereka selamat.

Di ruangan tunggu, Febri duduk sambil memainkan HP-nya. Tetapi ia terlihat tidak konsentrasi pada HP dalam genggamannya. Pikirannya saat itu tercurah, berdoa penuh harap kepada Tuhan agar proses persalinan yang tengah berlangsung berjalan lancar.

Persis tengah malam, terdengarlah tangisan bayi yang Febri nanti-nantikan. Anak laki-laki pertamanya lahir dengan selamat, begitu pula istrinya meski terlihat lemah sekali.

Setelah mengetahui kondisi mereka berdua, Febri refleks bergegas mengkabari ibunda tercinta. Tanpa terasa air matanya berlinang, ketika ia mengatakan ‘proses persalinan istrinya berjalan lancar dan anak laki-lakinya lahir dengan selamat serta dalam keadaan sempurna’.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun