Self-Compassion: Bersikap Lembut pada Diri Sendiri
Kalau self-reward adalah bentuk kasih sayang saat kita berhasil, maka self-compassion adalah bentuk penerimaan saat kita gagal.
Kita sering keras pada diri sendiri.
Gagal bangun pagi? Menyalahkan diri.
Prokrastinasi? Merasa tak berguna.
Bolos olahraga? Langsung mental self-sabotage: "Udah lah, aku emang nggak bisa disiplin."
Padahal, tidak ada perjalanan pengembangan diri yang mulus 100%.
Semua orang pernah kepleset. Yang bikin beda adalah: bagaimana kita meresponsnya.
Self-compassion adalah kemampuan untuk berkata pada diri sendiri:
"Gagal itu wajar. Aku sedang belajar. Aku tetap berharga meski belum sempurna."
Ini bukan alibi untuk terus malas, tapi pelukan emosional agar kamu bisa bangkit tanpa menghukum diri.
Tiga Unsur Self-Compassion (Menurut Dr. Kristin Neff)
- Kindness (Kebaikan terhadap diri sendiri)
Perlakukan diri seperti sahabat. Saat sahabat kamu sedih, kamu pasti nggak akan berkata, "Kamu bodoh sih, makanya gagal!" tapi kamu akan memeluk dan berkata, "Nggak apa-apa. Yuk pelan-pelan bangkit."
Nah, kamu juga layak mendapat pelukan yang sama... dari dirimu sendiri. - Common Humanity (Kemanusiaan universal)
Kamu tidak sendirian dalam rasa lelah dan gagalnya. Semua orang pernah merasa gagal. Kamu manusia. Dan itu bukan kelemahan. - Mindfulness (Kesadaran penuh)
Akui perasaanmu tanpa berlebihan. "Hari ini aku merasa gagal dan kecewa" jauh lebih sehat daripada memendamnya atau malah menenggelamkan diri dalam rasa bersalah.
Kombinasi Self-Reward + Self-Compassion = Resiliensi
Bayangkan kamu seperti pelari maraton.
- Self-reward = air minum dan sorakan penonton di sepanjang jalan.
- Self-compassion = semangat dari pelatih saat kamu terjatuh, bukan cemoohan.
Keduanya membuatmu bisa bangkit, mengatur napas, dan melanjutkan lari.
Refleksi: Kenapa Kita Sering Lupa Menghargai Diri Sendiri?