Scopus dikenal luas sebagai salah satu basis data indeksasi jurnal terbesar dan paling bereputasi di dunia. Bagi peneliti, dosen, maupun mahasiswa, publikasi di jurnal yang terindeks Scopus sering menjadi syarat penting, baik untuk memenuhi kebutuhan akademik, pengembangan karier, maupun penilaian kinerja.
Namun, tidak semua jurnal mampu bertahan di dalam indeks ini. Sebagian jurnal justru mengalami status discontinued atau dihentikan dari pengindeksan. Penyebabnya pun beragam, mulai dari masalah kualitas hingga pelanggaran etika publikasi.
Fenomena ini penting untuk dipahami karena publikasi di jurnal yang sudah discontinued bisa berdampak serius. Reputasi penulis bisa dipertanyakan, hasil publikasi tidak diakui dalam penilaian jabatan akademik, bahkan citra institusi juga ikut terkena imbas.
Mengapa Jurnal Bisa Discontinued?
Menurut Prof. Muji Setiyo dari Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA), Scopus secara rutin mengevaluasi seluruh jurnal yang mereka indeks. Jika ditemukan praktik yang tidak sesuai standar, jurnal bisa kehilangan statusnya.
Beberapa penyebab umumnya meliputi:
Tidak adanya peer review yang memadai.
Manipulasi sitasi, misalnya self-citation berlebihan.
Lonjakan jumlah artikel yang tidak wajar tanpa peningkatan kapasitas editorial.
Inkonstistensi jadwal dan kualitas penerbitan.
Indikasi praktik predatorik, seperti menerima artikel tanpa seleksi ketat demi keuntungan finansial.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!