Mereka tidak hanya berdagang, tapi juga memberi pelajaran hidup. Bagi mereka, berdagang adalah aktifitas menyenangkan, daripada bermain gawai berjam-jam, atau menonton program televisi. Kalaupun mereka mau, mereka bisa saja melakukan seperti yang dilakukan anak-anak seusianya saat bulan Ramadhan menunggu waktu berbuka.

Kue putu mayang adalah salah satu kue basah yang muncul saat bulan suci Ramdhan tiba. Dulu kala, saya hampir tidak bisa menemukan kue putu mayang pada selain bulan Ramadhan.
Putu mayang terbuat dari tepung beras. Bila saat saya kecil warna kue hanya putih saja, maka sekarang tampilan warna kue jadi beragam, seperti merah muda dan hijau.
Bentuknya yang lucu, (seperti kerupuk belum digoreng), serta rasanya yang tawar tapi sedap ditambah dengan kuah yang terbuat dari gula aren. Menciptakan aroma yang wangi dan mantap.
Seringkali keluarga saya selalu melengkapi waktu buka puasa dengan sajian kue putu mayang, nah.. kue yang saya beli dari Giyas dan Arul rasanya juga enak, kata Ibu. Meskipun warna kuahnya sudah tidak sepekat dulu, bisa jadi karena faktor ekonomis. Jadi ekstrak gula aren dikurangi, tapi santan dan air yang ditambah.
Hati saya senang bertemu dengan Giyas dan Arul hari ini, entah besok Allah mempertemukan saya dengan siapa lagi?! - Yang pasti, saya bersyukur karena Allah selalu menunjukkan kebesaranNya. Kita bisa belajar dari apa dan siapa saja, tidak melihat batas usia. Asalkan kita dapat memetik hikmah di setiap hal yang kita temui, maka rahmatNya selalu bersama kita, Amin.
*) semoga para kompasianer sehat selalu
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI