Mohon tunggu...
Umi Setyowati
Umi Setyowati Mohon Tunggu... Wiraswasta

Suka membaca apa saja, sesekali menulis sekedar berbagi cerita.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menjadi Caregiver Dimensia dan Bipolar, Apa Bedanya?

20 September 2025   15:24 Diperbarui: 23 September 2025   19:20 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengamatan saya ketika bersama ibu merawat nenek yang dimensia menunjukkan betapa banyaknya tantangan yang harus dihadapi sehari-hari. Salah satu momen yang masih saya ingat adalah ketika suatu hari ibu sedang masak buat Nenek sarapan, tapi setelah makanan siap, nenek tidak ada di mana-mana di bagian rumah.

Wah, semua orang rumah kalang kabut, dan dikerahkan untuk mencari di rumah tetangga misalnya, atau mungkin ke rumah salah satu adik ibuk. Hasilnya nihil.

Di saat kami sedang putus asa, bingung, ke mana kira-kira nenek pergi. Datanglah seseorang yang mengantar nenek pulang. 

Ternyata nenek ingin membeli sesuatu di pasar, tapi lupa jalan pulang, lalu tetangga kami melihat nenek duduk di emper toko dalam keadaan lelah dan termenung.

Kejadian seperti itu membuat ibu semakin waspada dan harus ekstra hati-hati mengawasi nenek, karena risiko seperti 'wandering(mengembara) bisa terjadi kapan saja pada orang dengan dimensia 

Pengalaman ini menunjukkan betapa dimensia perawatannya membutuhkan kesabaran, kewaspadaan, dan penyesuaian dalam menjalani kehidupan sehari-hari bersama nenek.

Pengalaman Merawat Bipolar (saudari ibu saya)

Bipolar disorder, sederhananya adalah gangguan mental, perubahan suasana hati yang sangat cepat dari fase mania ( semangat berlebihan) dan fase depresi (terpuruk)

Setelah diketahui bahwa saudari bungsu ibu atau bulek saya menderita bipolar, dokter di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) menyarankan agar kami keluarga besar untuk berusaha menjaga bulek selalu dalam keadaan tenang pikirannya. Kami mencoba memberikan kesibukan ringan seperti membaca majalah hiburan, mengajak jalan-jalan pagi atau sesekali ke pantai, agar dia tidak terlalu memikirkan hal-hal yang bisa memicu gejolak emosinya.

Kuncinya, menurut saran dokter adalah membuat penderita bipolar terhindar dari peristiwa yang menyakitkan hatinya.

Namun ternyata ada satu aspek yang sangat sulit dihindari - urusan asmara, pacaran - putus cinta - patah hati, saat itu terjadi mentalnya langsung down. Gejala bipolar kambuh lagi, dan beberapa kali kami keluarga besar mengantarnya untuk dirawat inap di RSJ Lawang-Malang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun