Peran ibu saya menjadi caregiver dimensia dan estafet tanggung jawab menjadi caregiver bipolar disorder dalam keluarga besar saya - sebuah perjalanan kesabaran, empati, dan pembelajaran mendalam tentang merawat dengan hati.
Cerita Singkat
Saya masih ingat dengan jelas, perubahan nenek ketika mengalami dimensia. Ibu saya dengan penuh kesabaran memandikan, mengenakan pakaian, menyuapi makan, dan mengajak nenek salat bersama, terkadang sekadar duduk berdua di teras rumah.
Nenek juga seringkali bertanya siapa nama saya dengan tatapan yang sendu, tangannya lembut mengelus- elus rambut saya, kasih sayang nenek dapat saya rasakan dari tatapan matanya yang teduh - sungguh momen itu sangat mengharukan dan tetap lekat dalam ingatan.
Lambat laun saya menyadari, betapa berat perjuangan ibu saya sambil bekerja juga merawat serta mendampingi nenek hingga akhir hayat beliau.
Setelah nenek meninggal, saudari bungsu ibu shock dan stress berat. Ibu bersama saudaranya yang lain membawa ke RSJ Lawang-Malang, dan diketahui kemudian bahwa saudari ibu menderita bipolar. Setelah itu ibu harus mengantar kontrol ke RSJ setiap bulan, serta memastikan obatnya diminum tepat waktu.
Bertahun-tahun kemudian, setelah Ibu saya juga berpulang, tanggung jawab besar untuk merawat saudarinya yang bipolar berpindah ke pundak saya, peran ini saya jalani hingga hari ini.
Saya berbagi cerita lewat Topik Pilihan Kompasiana ini, semoga bagi yang berada dalam posisi serupa tidak merasa sendirian. Kita bisa saling mendukung dan memberi support satu sama lain.
Pengalaman Merawat Nenek yang Dimensia
Pengamatan saya ketika bersama ibu merawat nenek yang dimensia menunjukkan betapa banyaknya tantangan yang harus dihadapi sehari-hari. Salah satu momen yang masih saya ingat adalah ketika suatu hari ibu sedang masak buat Nenek sarapan, tapi setelah makanan siap, nenek tidak ada di mana-mana di bagian rumah.
Wah, semua orang rumah kalang kabut, dan dikerahkan untuk mencari di rumah tetangga misalnya, atau mungkin ke rumah salah satu adik ibuk. Hasilnya nihil.
Di saat kami sedang putus asa, bingung, ke mana kira-kira nenek pergi. Datanglah seseorang yang mengantar nenek pulang.Â
Ternyata nenek ingin membeli sesuatu di pasar, tapi lupa jalan pulang, lalu tetangga kami melihat nenek duduk di emper toko dalam keadaan lelah dan termenung.
Kejadian seperti itu membuat ibu semakin waspada dan harus ekstra hati-hati mengawasi nenek, karena risiko seperti 'wandering(mengembara) bisa terjadi kapan saja pada orang dengan dimensiaÂ
Pengalaman ini menunjukkan betapa dimensia perawatannya membutuhkan kesabaran, kewaspadaan, dan penyesuaian dalam menjalani kehidupan sehari-hari bersama nenek.
Pengalaman Merawat Bipolar (saudari ibu saya)
Bipolar disorder, sederhananya adalah gangguan mental, perubahan suasana hati yang sangat cepat dari fase mania ( semangat berlebihan) dan fase depresi (terpuruk)
Setelah diketahui bahwa saudari bungsu ibu atau bulek saya menderita bipolar, dokter di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) menyarankan agar kami keluarga besar untuk berusaha menjaga bulek selalu dalam keadaan tenang pikirannya. Kami mencoba memberikan kesibukan ringan seperti membaca majalah hiburan, mengajak jalan-jalan pagi atau sesekali ke pantai, agar dia tidak terlalu memikirkan hal-hal yang bisa memicu gejolak emosinya.
Kuncinya, menurut saran dokter adalah membuat penderita bipolar terhindar dari peristiwa yang menyakitkan hatinya.
Namun ternyata ada satu aspek yang sangat sulit dihindari - urusan asmara, pacaran - putus cinta - patah hati, saat itu terjadi mentalnya langsung down. Gejala bipolar kambuh lagi, dan beberapa kali kami keluarga besar mengantarnya untuk dirawat inap di RSJ Lawang-Malang.
Pengalaman ini menunjukkan betapa emosionalnya bipolar bisa dipengaruhi oleh dinamika hubungan interpersonal, terutama yang menyentuh perasaan sangat dalam seperti cinta dan patah hati.
Merawat bulek yang bipolar membuat kami belajar betapa penting dukungan keluarga untuk menciptakan suasana rumah yang tenang, serta meminimalkan stresor emosional agar moodnya tetap stabil.
Perbedaan Menjadi Caregiver Dimensia dan Caregiver Bipolar
Dari pengalaman ibu saya merawat dan mendampingi nenek yang dimensia dan bulek yang penderita bipolar, saya melihat ada perbedaan dalam tantangan menjadi caregiver dimensia dan caregiver bipolar.
Dimensia lebih banyak berkaitan dengan penurunan kemampuan kognitif yang progresif. Nenek misalnya, butuh bantuan hampir semua aktivitas sehari-hari seperti mandi, makan, berpakaian, dan pengawasan agar tidak 'wandering 'atau mengembara seperti yang pernah terjadi.
Merawat dimensia sering lebih fokus pada kesabaran dan kewaspadaan dalam membantu aktivitas harian, dan mengelola perubahan perilaku yang mungkin muncul.
Sedangkan merawat bipolar lebih terkait dengan fluktuasi mood yang ekstrim antara fase mania dan fase depresi: emosi stabil dan kepatuhan minum obat jadi kunci sangat penting, seperti saya yang harus rutin mengantar bulek kontrol ke RSJ setiap bulan serta memastikan obatnya diminum tepat waktu.
Tantangan bipolar sering muncul dari dinamika hubungan dan stresor emosional seperti kejadian bulek yang kambuh karena urusan asmara.
Jadi, menjadi caregiver dimensia mungkin lebih fokus pada bantuan praktis sehari-hari, sedangkan menjadi caregiver bipolar lebih pada manajemen emosi dan menjaga kestabilan mood dengan dukungan pengobatan yang konsisten.
Tantangan dan Pembelajaran
Menjadi caregiver dimensia dan caregiver bipolar membawa tantangan sekaligus sebagai pembelajaran berharga. Salah satu tantangan terbesar adalah mengelola emosi diri sendiri sebagai caregiver; kesabaran dan empati harus selalu ada karena untuk kedua kondisi ini punya kebutuhan yang sangat manusiawi namun berbeda.
Saya belajar bahwa dukungan keluarga sangat penting; memiliki orang-orang yang memahami dan membantu membuat beban perawatan tidak terlalu berat sendirian.
Dalam merawat dimensia, saya melihat betapa berharga dan pentingnya kesabaran ibu saya dalam menghadapi perilaku dan penurunan kemampuan nenek sehari-hari.
Sementara dengan bulek yang bipolar, pembelajaran utama adalah pentingnya konsistensi pengobatan dan menjaga lingkungan untuk kestabilan moodnya.
Pengalaman mengantar kontrol ke RSJ setiap bulan dan memastikan obat diminum tepat waktu mengajarkan saya tentang kedisiplinan dalam perawatan bipolar.
Yang juga tak kalah penting adalah merawat diri sendiri sebagai caregiver; tanpa self-care yang cukup, burnout bisa terjadi dan berdampak pada kualitas perawatan yang kita berikan.
Dari pengalaman ini, saya semakin paham bahwa menjadi caregiver bukan hanya tentang merawat dan mendampingi orang lain, tapi juga tentang belajar menerima, mengelola emosi, dan menemukan kekuatan dalam dukungan dan kesabaran.
Penutup
Menjadi caregiver dimensia dan caregiver bipolar untuk anggota keluarga saya telah menjadi perjalanan yang penuh dengan pelajaran tentang kesabaran, empati, dan kekuatan dukungan.
Dari pengalaman ibu saya merawat nenek dimensia dan bulek yang bipolar, saya semakin menyadari betapa uniknya setiap kondisi dan betapa pentingnya peran caregiver dalam mendampingi dan merawat dengan hati.
Dimensia dan Bipolar membawa tantangan berbeda yang membutuhkan pendekatan berbeda pula, dari bantuan praktis sehari-hari dan kewaspadaan untuk dimensia hingga menejemen mood dan kepatuhan pengobatan untuk bipolar.
Yang paling penting dari pengalaman ini adalah mungkin kesadaran bahwa merawat dengan hati bukan hanya tentang membantu orang lain, tapi juga tentang proses pembelajaran diri sendiri untuk lebih sabar, lebih memahami dan lebih menerima.
Jadi Kompasianer, jika Anda berada di posisi serupa sebagai caregiver, saya berharap kita bisa saling mendukung dan menguatkan, Anda tidak sendirian dalam perjalanan iniÂ
Dengan dukungan, kesabaran, dan empati, kita bisa menjalani peran sebagai caregiver dengan lebih bermakna dan lebih kuat.
Wallahu a'lam bisawab.
Wassalam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI