Ketika anak-anak saya pulang sekolah dengan cerita tentang keberhasilan atau kegagalan, saya tahu peran saya bukan sekadar mendengarkan. Saya harus menjadi motivator, pendamping, sekaligus penguat yang membuat mereka yakin bahwa pendidikan adalah perjalanan panjang yang layak diperjuangkan.
Dalam pengalaman memperhatikan pengembangan karakter anak, saya sering melihat bahwa anak-anak yang memiliki dukungan keluarga yang kuat lebih siap menghadapi tantangan. Mereka lebih percaya diri, lebih mandiri, dan lebih mampu mengelola emosi. Semua ini adalah buah dari pendidikan berkualitas yang berbasis pada keluarga.
Seorang ibu rumah tangga adalah pendidik sejati. Ia tidak hanya mendidik dengan kata, tapi dengan teladan, kesabaran, dan cinta tanpa batas. Dari rumah, lahirlah generasi yang disiplin, bertanggung jawab, dan berani bermimpi. Pendidikan terbaik selalu dimulai dari keluarga.Â
Maka, mari kita ubah cara pandang. Pendidikan berkualitas tidak melulu soal fasilitas canggih atau sekolah bergengsi. Pendidikan berkualitas adalah ketika anak-anak mendapatkan kasih sayang, nilai kehidupan, dan keteladanan di rumah. Dengan begitu, apa pun kondisi ekonomi keluarga, anak-anak tetap bisa tumbuh menjadi pribadi yang hebat.
Ibu rumah tangga bukan sekadar pengurus rumah. Ibu adalah pendidik sejati yang setiap hari menanamkan nilai dalam kehidupan anak-anaknya. Dengan kesabaran, doa, dan keteladanan, ibu menjadi pilar utama terciptanya pendidikan berkualitas. Dan ketika anak-anak berhasil menggapai cita-cita, di balik itu ada peran seorang ibu yang tulus dan tak kenal lelah.
Pada akhirnya, saya percaya bahwa pendidikan berkualitas dimulai dari keluarga. Dan seorang ibu, betapapun sederhana perannya terlihat, adalah tokoh kunci yang menyalakan cahaya masa depan anak-anaknya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI