Sebagai orang tua, melihat tumbuh kembang anak yang setiap hari menunjukkan progress tentu sangatlah menentramkan hati karena tidak bisa dipungkiri terkadang kita juga merasa was-was saat anak kita tidak atau telat menunjukkan milestone perkembangan yang seharusnya sudah bisa mulai terlihat pada rentang usia – usia terterntu.
Meskipun memang tahap perkembangan setiap anak itu berbeda – beda, namun tentu ada parameter yang bisa kita jadikan acuan atau standar dalam memantau tumbuh kembang anak kita, pertanyaan selanjutnya adalah apakah sesuai, lebih cepat atau bahkan lebih lambat, nah tiga hal ini yang biasa kita sebut “berbeda” untuk masing – masing anak.
Terlepas dari masuk kategori yang mana anak kita, tentu kita harus mensyukuri setiap kemajuan yang senantiasa tampak dalam hari – hari si kecil, baik itu perkembangan fisik, motorik halus dan kasar dan juga inetelegensi serta emosionalnya.
Biarkan anak belajar secara natural dan mengalir
Memasuki usia balita, yakni usia – usia menjelang tiga tahun ke atas, kita akan semakin dibuat takjub dengan betapa cepat mereka belajar, betapa cepat mereka menyerap dan mengolah informasi serta menyampaikan maksud dan isi hati serta isi kepala mereka lewat kata–kata yang mungkin masih berusaha untuk disusun menjadi kalimat yang bisa kita pahami.
Para pakar parenting biasanya menyebut usia–usia ini sebagai kategori golden age atau masa keemasan dalam perkembangan anak sehingga mereka butuh pendampingan dan juga pengarahan yang tepat dari orang tua, pengasuh dan juga pihak - pihak yang bersinggungan dengan mereka.
Bagi parents yang mempunyai anak di usia-usia ini, tentu akan sangat senang dan bangga saat si kecil sudah bisa mengenali dan menyebutkan aneka warna, berhitung 1 sampai 10, mulai sedikit mengenal alphabet meskipun tidak lengkap, mengenal nama – nama hewan bahkan menirukan suaranya dan masih banyak lagi progress perkembangan yang akan terus bertambah setiap harinya.
Namun satu hal yang perlu diingat adalah jangan sampai ada pemaksaan dalam progress tersebut, maksudnya bagaimana? tidak bisa dipungkiri bahwa tidak semua anak mungkin menunjukkan progress yang luar biasa sama, beberapa anak mungkin bisa dikatakan sedikit terlambat, namun bukan berarti hal ini dijadikan alasan untuk kita para orang tua seolah seperti mengejar target dengan menjejali anak materi – materi dan berharap mereka bisa cepat menghafalnya dengan harapan supaya anak kita sama dengan anak-anak yang lain.
Praktik – praktik seperti ini mirisnya masih dilakukan dan kadangkala terjadi bahkan di lingkungan terdekat kita karena adanya sense of competition yang biasanya secara tidak sadar justru dilakukan oleh para orang tua, bukan si anak itu sendiri karena anak – anak belum mengenal apa itu konsep kompetisi.
Tidak hanya hafalan, namun pendidikan karakter juga penting
Tidak salah bila kita hendak mengenalkan anak untuk belajar mengenal warna, nama – nama hewan, angka dan huruf namun sebaiknya itu semua dilakukan secara natural dan mengalir serta menyenangkan sehingga anak tidak merasa tertekan bahkan bosan. Saat sedang bermain, menonton film kartun, menyanyi, semua aktifitas itu secara tidak langsung juga mengajari anak – anak banyak hal sehingga yang harus kita filter dan menjadi concern adalah permainan yang bagaimana dan tontonan yang seperti apa yang boleh dikonsumsi oleh anak kita.
Namun, selain mengenalkan dan mengajari anak hal – hal di atas, ada satu hal lagi yang tidak kalah dan justru jauh lebih penting untuk dijarkan sejak dini yakni pendidikan karakter dan membangun cara berpikir anak.
Mengapa ini penting ? karena hal ini yang akan menjadi pondasi mental mereka, hal ini yang akan menuntun anak – anak untuk mempunyai critical thinking, membentuk mereka untuk memiliki konsep dan mindset yang benar yang dimulai sejak dini.
