Mohon tunggu...
Umar Sofii
Umar Sofii Mohon Tunggu... Bukan Siapa-siapa

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Tirta Amerta Sthana : Salindri 53

4 April 2025   16:57 Diperbarui: 4 April 2025   16:57 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Pagi itu, udara terasa segar dengan embun yang menggentung di dedaunan. Mereka berdua melangkah pelan menyusuri jalan setapak menuju sebuah tempat yang oleh masyarakat sekitar diyakini sebagai sumber air suci sejak zaman Kerajaan Singosari. Tempat itu bernama *Sumberawan*, sebuah mata air yang dipercaya memiliki kekuatan spiritual. Di area tersebut, terdapat sebuah candi stupa kuno peninggalan zaman Singosari. Meski telah dimakan usia, candi itu tetap berdiri kokoh, menyimpan aura kesakralan yang mendalam.

Desa tempat Sumberawan berada dikenal dengan nama *Toyo Marto*. Kata "Toyo" berasal dari bahasa Jawa  yang berarti "air," sedangkan "Marto" diambil dari kata "amerta," yang berarti "air suci." Gabungan kedua kata itu memberikan kesan bahwa desa ini adalah tempat di mana air suci mengalir, membawa berkah bagi siapa saja yang datang dengan niat tulus.

Cameliya tampak begitu serius. Ia membawa sebuah botol plastik kecil yang sudah disiapkan sebelumnya. Dengan penuh khidmat, ia menunduk di dekat sumber air, membiarkan air jernih itu mengalir perlahan ke dalam botolnya. Gerakannya penuh penghormatan, seolah-olah ia sedang menjalankan sebuah ritual sakral. Alex hanya diam, mengamati setiap langkahnya dengan rasa penasaran dan hormat.

Setelah selesai, mereka pun memutuskan untuk kembali pulang. Namun, saat mereka hampir melewati sebuah *Klenteng tua* di pusat Kota Malang, Cameliya tiba-tiba meminta Alex berhenti. Alex mengerem laju sepeda motor dan menepi di pinggir jalan. Suara Cameliya terdengar pelan namun pasti, "Nanti mampir sebentar di Klenteng ya."

Alex terkejut. "Mau ngapain?" tanyanya, tidak bisa menyembunyikan rasa heran.

"Dewi Kwan Im," jawab Cameliya singkat, matanya menatap lurus ke arah Klenteng. "Aku mendengar bisikannya. Dia menyuruhku datang ke sana."

Rasanya sulit dipercaya. Alex tidak mendengar apa pun, tidak merasakan kehadiran apapun selain kesejukan udara pagi di tengah riuhnya lalu lintas kendaraan bermotor yang lewat. Namun, Alex tahu Cameliya bukan tipe orang yang mudah berkhayal atau berbohong. Ada sesuatu yang lebih besar di balik kata-katanya, sesuatu yang melampaui pemahaman Alex tentang dunia nyata. Mungkin ini adalah bagian dari dunia metafisik yang tak pernah bisa Alex sentuh.

"Baiklah," kata Alex akhirnya, meskipun hatinya masih diliputi keraguan. Alex memilih untuk percaya padanya, karena entah kenapa, ada sesuatu dalam tatapan mata Cameliya yang membuatnya yakin bahwa ini penting.

Mereka berdua pun melangkah masuk ke halaman Klenteng. Udara di dalam dipenuhi aroma wangi dupa yang dibakar, menciptakan suasana yang sunyi dan damai. Hanya terdengar suara gemerisik lilin yang menyala di altar. Patung Dewi Kwan Im tampak anggun dengan senyum penuh kasihnya. Cameliya berlutut di depan altar, menutup matanya sejenak, lalu mulai berbisik pelan dalam bahasa yang tidak Alex kenali. Alex hanya berdiri di belakangnya, merasakan ketenangan yang aneh menyelimuti hatinya.

Setelah beberapa saat, Cameliya bangkit dan tersenyum ringan. "Sudah selesai," katanya, seolah-olah semua yang terjadi adalah hal biasa.

Namun, Alex tahu, ini bukanlah hari yang biasa. Ada sesuatu yang baru saja terjadi---sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Entah kenapa, Alex merasa perjalanan pagi itu bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan juga perjalanan spiritual yang akan meninggalkan jejak mendalam di hatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun