Mohon tunggu...
Uli Elysabet Pardede
Uli Elysabet Pardede Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Inspirasiku dalam menulis adalah lagu indah, orang yang keren perjuangannya, ketakutanku dan hal-hal remeh-temeh yang mungkin saja bisa dibesarkan atau dipentingkan… Tuing! blog : truepardede.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Me And You

14 Februari 2017   21:25 Diperbarui: 14 Februari 2017   21:44 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Note : Harap memutar lagu yang ada di video youtube yang saya lampirkan. Soalnya saya lupa cara bikin backsound di Kompasiana... :p

Jam 6 pagi, halte transjakarta Ragunan sudah terlihat panjang antrian. Aku tetap khusyuk dengan headset mendengarkan lagu-lagu pada Aplikasi  Joox yang ada di HP. Sebenarnya bukan lagu-lagu melainkan hanya satu lagu, lagu yang mungkin sudah membuat aku jatuh cinta sejak 17 April 2014. Lagu ini yang selalu aku repeat dan mungkin akan terputar sebanyak 30x, terhitung dari posisiku berada di halte sampai di kantor. Aku menghapal lagu ini luar kepala, lagu yang selalu memberi rasa saat sedang tak ada rasa. Konyol! 

Me And You - Ashilla.

*

Khayalanku terbang pada kejadian beberapa tahun yang lalu saat berdua menonton film "Me And You Vs. The World" yang tidak terlalu ramai penonton. Penontonnya pun ternyata tidak tembus sampai 100ribu penonton, angka yang tidak terlalu menarik. Iya, betul. Tak ada yang menarik. Yang membuat aku masih kepikiran adalah kenapa aku dan dia harus menonton film Indonesia bertemakan cinta, sementara pada saat bersamaan ada film "Captain America"?

"Penulisnya temenku..." katanya dengan nada berapi-api. Sambil menatapku dalam-dalam dengan tatapan mata elangnya yang pasti akan membuat wanita mana saja jadi susah tidur.

"Oh, ya?" kataku mengalihkan wajah buru-buru, sebelum aku ketahuan terpana akan tatapannya.

"Iya, makanya aku pengen 'nonton. Temen-temen yang lain  diajak nonton pada sibuk semua, makanya aku ajak kau," katanya tanpa merasa bersalah.

"Kampret..." gumamku dalam hati sambil tetap tersenyum palsu.

Dia tak pernah merasa bersalah akan apa yang sudah dia katakan. Itu yang membuat aku merasa hambar, saat aku sudah terlena dengan rasa yang seharusnya dimiliki orang yang saling mencintai. Dia tidak pernah merasa bersalah berlari-lari dari kamar mandi ke kamarnya dengan sehelai handuk, saat aku duduk rapi menunggu dia 'dandan' di ruang tamu rumahnya. Dan masih banyak lagi kelakuannya yang salah, tapi dia tidak pernah merasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun